Simple Triage and Rapid Treatment (START)
Simple Triage and Rapid Treatment
(START)
Narasumber : Nyimas Sri Wahyuni, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kep.A ( RSMH Palembang)
Triage (Triage)
berasal dari kata Perancis yang berarti “memilih”. Dahulu, istilah ini
digunakan untuk memilih buah anggur untuk membuat wine yang enak atau untuk
mengklasifikasikan biji kopi menurut kualitasnya. Setelah itu, konsep tersebut
terus berkembang dan konsep yang digunakan seperti sekarang ini didirikan
setelah Perang Dunia Pertama. Catastrophizing adalah proses pengorganisasian
perawatan medis berdasarkan tingkat keparahan penyakit atau tingkatannya, yang
lain terbatas. Triase adalah proses unik mengklasifikasikan dan memilih pasien
berdasarkan tingkat keparahan penyakit untuk menentukan kebutuhan perawatan
medis darurat dan transportasi. berarti memilih sebagai faktor yang paling
penting dan mengancam jiwa. Triase adalah proses mengidentifikasi orang dengan
cedera yang mengancam jiwa dan memberi mereka prioritas untuk perawatan atau
transportasi ke rumah sakit.
Tujuan triase adalah a)
Identifikasi cepat terhadap korban yang memerlukan penanganan segera, hal ini
untuk asuhan keperawatan di lapangan. b) Mengidentifikasi korban yang hanya
dapat diselamatkan dengan pembedahan. c) Mengurangi korban jiwa dan kecacatan.
Prinsip triase utama
yang harus diikuti adalah: a) Kuantifikasi biasanya dilakukan untuk semua
pasien. b) Waktu pemrosesan setiap orang tidak boleh lebih dari 30 detik. c)
Prinsip utama Triage adalah mengutamakan urutan “hidup”; “fungsi”;
“penampilan”. d) Pada saat pemisahan, kartu triase harus ditempatkan pada
korban untuk memastikan bahwa hal itu memang diperlukan.
Simple Triage and Rapid Treatment
(START) adalah sistem yang dikembangkan dari gagasan bahwa pengukuran harus
"benar", "cepat", dan "universal". Sistem ini
menggunakan 4 jenis tes, yaitu "dapat berjalan", "nafas",
"sirkulasi darah" dan "tingkat kesadaran" untuk menentukan
apa yang sedang dilakukan dan sangat penting bahwa semua tenaga medis memiliki
kemampuan untuk meninjau ini proses dan sistem. Sistem START dikembangkan untuk
responden pertama yang tugasnya mengidentifikasi pasien dari yang terluka atau
sakit dalam waktu 30 detik atau kurang berdasarkan tiga tes awal seperti
pernapasan, denyut nadi (radial pulse check), dan detak jantung.
Yang paling penting adalah tidak melakukan pengobatan dan orang yang terkena atau pasien yang akan dirawat. Tugas utama koordinator adalah memeriksa pasien secepat mungkin dan mengaturnya atau memprioritaskan pasien berdasarkan tingkat keparahan cedera. Penolong tidak boleh berhenti selama penilaian kecuali untuk mengelola jalan napas dan menghentikan perdarahan yang terjadi
Grup dalam triase
dibagi;
A. Prioritas (hitam). Pasien meninggal
atau terluka parah, yang jelas tidak mungkin diselamatkan.
B. Prioritas Pertama (merah). Menderita
luka serius dan membutuhkan perhatian medis segera dan perhatian medis segera
atau transportasi untuk menyelamatkan nyawanya. Misalnya pasien gagal napas,
henti jantung, demam perdarahan hebat dan cedera kepala berat.
C. Prioritas kedua (kuning). Pasien
membutuhkan pertolongan, tetapi lukanya ringan dan dia tidak takut mati dalam
waktu dekat. Misalnya cedera perut nontraumatik, luka bakar ringan, fraktur
atau patah tulang dan jenis nontraumatis dan penyakit lain.
D. Prioritas ketiga (hijau). Pasien
dengan luka ringan dan tingkat penyakit yang tidak memerlukan pertolongan
segera dan tidak mengancam jiwa atau melumpuhkan. Oleh karena itu, Anda bisa
masuk dalam kategori ini, jadi jangan marah dan kaget jika tidak segera
mendapatkan penanganan di UGD padahal mereka akan membantu pasien lain yang
kurang sehat.
Sebagai
tenaga kesehatan kita wajib dapat memilah mana pasien yang perlu ditangani
segera. Penggunaan Simple Triage and Rapid Treatment (START) menjadi solusi
dalam memilah pasien yang ada dalam instalasi gawat darurat.
Sumber Gambar: bukalapak.com
Referensi:
Ardiyani, V.M., Andri, M.T., dan Eko, R. 2015. Analisis Peran Perawat
Triase Terhadap Waiting Time dan Length of Stay Pada Ruang Triage di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit dr.Saiful Anwar Malang. Jurnal CARE 3 (1): 39- 50.
Astuti, E. 2016. Kebijakan Standar Layanan dan Fasilitas IGD. Pelatihan
Triase Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Optimalisasi Pelaksanaan
Triase Keperawatan Gawat Darurat Sebagai Upaya Efisiensi dan Efektifitas
Pelayanan Pasien di IGD Untuk Mendukung Pelayanan yang Berkualitas Serta
Menunjang Akreditasi KARS-JCI. 13-15 Mei 2016. Yogyakarta.
Atmojo, J. T., Widiyanto, A. and Yuniarti, T. (2019) ‘Reliabilitas
Sistem Triase Dalam Pelayanan Gawat Darurat : A Review’. Jurnal Keperawatan
Intan Husada. 7(2)
Ayu Br Depari. (2019). Gambaran Pelaksanaan Triase Oleh Perawat Pada
Pasien Di Ruang IGD RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2019. DSpace Repository.
http://poltekkes.aplikasi-akademik.com/xmlui/handle/123456789/2159 Australian
College For Emergency Medicine (2016) ‘Guidelines on the Implementation of the
ATS in Emergency Departments’, pp. 1–8.
Dewi, R. (2016). Penilaian Kesadaran pada Anak Sakit Kritis: Glasgow
Coma Scale atau Full Outline of Un Responsiveness score. Sari Pediatri, 17(5),
401. https://doi.org/10.14238/sp17.5.2016.401-406.
Fatriani, et Al. (2020). Efektifitas Ketepatan Triage Trauma Terhadap
Aktivasi Kode Trauma Pada Pasien Trauma Kategori Merah Di Instalasi Gawat
Darurat: Literatur Review. JKEP: Vol 5, No 1, Mei 2020. https://www.issn.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1409043343&1&&.
Gustia, M., & Manurung, M. (2018). Hubungan ketepatan penilaian
triase dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien cedera kepala di IGD RSU
HKBP Balige Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Jumantik, 3(2), 98–114.
Hamarno, Rudi. (2016). Buku Keperawatan Kedaruratan & Manajemen
Bencana. Jakarta: Kemenkes RI.
DOC, PROMKES, RSMH
Komentar
Posting Komentar