Vaksinasi, Pertahanan Terbaik Melawan Penyakit Menular
Vaksinasi, Pertahanan Terbaik Melawan Penyakit Menular
Narasumber : Elsa Savitrie, SKM. M.Kes ( RSMH
Palembang)
Mengapa kita perlu
divaksin ?…
Benarkah setelah vaksin
kita akan terbebas dari penyakit ?….
Ayo…kita cari tahu !
Pengertian Vaksin dan
Vaksinasi
Vaksin adalah substansi
biologis yang dirancang untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar dapat
memproduksi antibodi.
Vaksinasi adalah proses
pemberian vaksin kepada individu untuk membangun perlindungan terhadap penyakit
tertentu sebelum terpapar oleh patogen tersebut. Vaksinasi merupakan salah satu
metode paling efektif dalam pencegahan penyakit menular. Dengan memberikan
vaksin, tubuh akan dilatih untuk mengenali dan melawan patogen penyebab
penyakit.
Vaksin mengandung virus
atau bakteri, baik yang masih hidup maupun yang sudah dilemahkan. Vaksinasi dapat diberikan
dalam bentuk suntikan, tetes minum, atau melalui uap (aerosol).
Siapa Saja Yang Perlu Mendapatkan
Vaksinasi?
Setiap orang perlu
mendapatkan vaksin, terutama bayi dan anak-anak, karena memiliki daya tahan
tubuh yang masih lemah dan berkembang.
Namun, selain bayi dan
anak-anak, orang dewasa juga perlu mendapatkan vaksin. Orang dewasa disarankan
untuk mendapatkan vaksin, terlebih jika ia memiliki beberapa kondisi atau
faktor risiko tertentu, seperti:
1.
Berusia di atas 65 tahun
2.
Menjalani masa kehamilan atau menyusui
3.
Menderita penyakit kronis, seperti asma,
diabetes, dan penyakit jantung
4.
Memiliki daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena kemoterapi,
riwayat operasi transplantasi organ, atau menderita infeksi HIV
5.
Belum mendapatkan imunisasi wajib sebelumnya
6. Bekerja di tempat yang berisiko tinggi tertular infeksi, seperti rumah sakit atau laboratorium klinik
Manfaat Vaksin Bagi Tubuh
Berikut ini adalah
beberapa manfaat vaksin yang penting bagi tubuh:
1.
Mencegah
penyebaran penyakit
Tidak hanya melindungi tubuh dari
serangan penyakit serius, pemberian vaksin juga dapat membantu mencegah
penyebaran penyakit campak pada bayi dan
anak-anak.
Contohnya, kasus kematian pada bayi
dan anak-anak akibat wabah penyakit campak dan pertusis (batuk rejan) yang
dahulu pernah menggemparkan dunia. Hal ini terjadi karena pada saat itu belum
ditemukan vaksin untuk kedua penyakit tersebut.
2.
Melindungi dari risiko kematian dan cacat
Pemberian vaksin terbukti dapat
menurunkan risiko seseorang terkena berbagai penyakit yang dapat mengakibatkan
kematian maupun kecacatan. Misalnya, pemberian vaksin cacar pada anak-anak
dapat membantu mencegah mereka terjangkit cacar di kemudian hari.
Begitu pula dengan pemberian vaksin
campak dan rubela yang dapat membantu menurunkan risiko penularan virus
tersebut dari ibu hamil kepada janin dalam kandungan maupun kepada bayi yang
baru lahir.
3.
Menghemat waktu dan biaya
Pemberian vaksin merupakan salah
satu investasi kesehatan yang paling murah karena terbukti dapat mencegah dan
mengurangi angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat suatu penyakit.
Pemberian vaksin dapat membantu seseorang terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan sakit berkepanjangan, yang tak hanya merugikan dari segi finansial namun juga waktu.
Jenis - jenis Vaksin
Berikut ini adalah
jenis-jenis vaksin berdasarkan kandungan yang terdapat di dalamnya:
1. Vaksin mati
Vaksin mati atau disebut juga vaksin
tidak aktif adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah
dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini membuat
virus atau kuman tetap utuh, tetapi tidak dapat berkembang biak dan menyebabkan
penyakit di dalam tubuh.
Oleh karena itu, Anda akan
mendapatkan kekebalan terhadap penyakit ketika mendapatkan vaksin jenis ini
tanpa ada risiko untuk terinfeksi kuman atau virus yang terkandung di dalam
vaksin tersebut.
Namun, vaksin mati cenderung
menghasilkan respons kekebalan tubuh yang lebih lemah bila dibandingkan vaksin
hidup. Hal ini membuat pemberian vaksin mati perlu dilakukan secara berulang
atau booster.
Beberapa contoh vaksin yang termasuk
dalam jenis vaksin mati adalah vaksin polio, vaksin Hepatitis
A, vaksin DPT, vaksin flu, dan vaksin tifoid.
2. Vaksin hidup
Berbeda dengan vaksin mati, virus
atau bakteri yang terkandung di dalam vaksin hidup tidak dibunuh, melainkan
dilemahkan. Virus atau bakteri tersebut tidak akan menyebabkan penyakit, tetapi
dapat berkembang biak sehingga merangsang tubuh untuk bereaksi terhadap sistem
kekebalan tubuh.
Vaksin hidup dapat memberikan
kekebalan yang lebih kuat dan perlindungan seumur hidup meski hanya diberikan
satu atau dua kali. Meski begitu, vaksin ini tidak dapat diberikan kepada orang
yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS atau orang
yang menjalani kemoterapi.
Sebelum diberikan, vaksin hidup perlu disimpan di dalam lemari pendingin khusus agar virus atau bakteri tetap hidup. Suhu yang tidak sesuai akan memengaruhi kualitas vaksin, sehingga imunitas yang terbentuk tidak optimal. Contoh dari vaksin hidup adalah vaksin MMR, vaksin BCG, vaksin cacar air, dan vaksin rotavirus.
3. Vaksin toksoid
Beberapa jenis bakteri dapat
memproduksi racun yang bisa menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh. Vaksin
toksoid berfungsi untuk menangkal efek racun dari bakteri tersebut.
Vaksin ini terbuat dari racun
bakteri yang diolah secara khusus agar tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi masih
mampu merangsang tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap racun yang dihasilkan
bakteri tersebut. Contoh jenis vaksin toksoid adalah tetanus toxoid dan vaksin
difteri.
4.
Vaksin
mRNA
Vaksin mRNA atau messenger
ribonucleic acid adalah jenis vaksin yang mengandung protein dari
materi genetik virus untuk memicu respons imun. Salah satu contoh vaksin mRNA
adalah vaksin COVID-19 yang berjenis
Pfizer dan Moderna.
5. Vaksin vektor virus
Jenis vaksin ini juga mengandung
protein dari materi genetik virus, hanya saja protein tersebut ditempelkan ke
badan virus lain. Virus tersebut tidak berbahaya bagi tubuh. Kehadirannya hanya
sebagai ‘pembawa’ protein dan perangsang sistem kekebalan tubuh.
Vaksin COVID-19 jenis Astrazeneca
dan Johnson & Johnson menerapkan
metode ini. Caranya adalah dengan menempelkan protein dari virus Corona ke adenovirus
sebagai perantaranya.
6. Vaksin subunit
Vaksin subunit menggunakan bagian
tertentu dari bakteri atau virus, misalnya zat dari lapisan pembungkus badannya
saja. Setelah tubuh mengenali bagian tersebut, sistem imun akan menciptakan
antibodi yang akan melawan infeksi bakteri atau virus di kemudian hari.
Jenis vaksin yang menggunakan metode
ini meliputi vaksin Hib, vaksin HPV, vaksin
Pneumonia, dan vaksin Meningitis.
Agar dapat bekerja dengan efektif dan bisa bertahan lebih lama, sejumlah vaksin mengandung bahan lain, seperti thiomersal atau merkuri sebagai bahan pengawet vaksin, serum albumin, formalin, gelatin, dan antibiotik. Namun, kadarnya yang dipakai tergolong sedikit dan masih aman bagi tubuh.
Jenis Vaksinasi yang Penting untuk Anak
Berikut jenis vaksin yang
penting bagi anak yang harus kita kenali, antara lain:
1.
Vaksin hepatitis B untuk
mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati serta
menyebabkan kanker hati.
2.
Vaksin hepatitis A untuk mencegah radang hati karena virus
hepatitis A.
3.
Vaksin polio untuk mencegah
serangan virus polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
4. Vaksin BCG untuk mencegah tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan
radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan.
5. Vaksin DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
Penyakit difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan jalan napas,
serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit Pertusis
dapat menyebabkan infeksi saluran napas berat, sedangkan kuman tetanus bisa
mengeluarkan racun yang menyerang saraf pada otot, sehingga otot menjadi kaku.
6. Vaksin campak untuk mencegah penyakit campak yang dapat
mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare, atau gangguan otak.
7.
Vaksin Hib dan pneumokokus (PCV) dapat
mencegah infeksi saluran napas berat (pneumonia) dan radang otak (meningitis).
8.
Vaksin influenza untuk mencegah influenza berat.
9.
Vaksin tifoid dapat mencegah penyakit demam tifoid berat.
10. Vaksin MR dapat mencegah
penyakit morbili (campak) dan rubela (campak Jerman).
11. Vaksin cacar air (varisela) untuk mencegah
penyakit cacar air.
Setiap orang memiliki jadwal pemberian vaksin yang berbeda, tergantung usia, jenis vaksin, kondisi kesehatan, dan riwayat vaksinasi sebelumnya.
Bagaimana Vaksin Bekerja
Ketika seseorang menerima vaksin, sistem kekebalan tubuh akan merespons dengan memproduksi antibodi. Antibodi ini berfungsi sebagai pertahanan ketika tubuh terpapar oleh virus atau bakteri di masa depan. Vaksin biasanya mengandung kuman yang telah dilemahkan atau dibunuh sehingga tidak menyebabkan penyakit tetapi cukup untuk merangsang respons imun. Saat kita divaksinasi, tubuh akan merespon dengan memproduksi antibodi. Antibodi ini akan "mengingat" virus atau bakteri yang diperkenalkan melalui vaksin. Jika kemudian kita terpapar penyakit yang sama, tubuh akan segera mengenali dan melawan patogen tersebut sebelum menyebabkan penyakit yang serius.
Efek Samping Vaksin
Pemberian vaksin pada
anak-anak dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti timbulnya rasa
nyeri atau ruam pada kulit di area suntikan. Selain itu, ada pula reaksi
setelah imunisasi berupa demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan, dan
anak menjadi rewel. Umumnya, gejala tersebut akan hilang dalam 3–4 hari, walau
terkadang ada yang berlangsung lebih lama.
Dalam hal ini, Anda bisa
melakukan langkah-langkah sederhana seperti memberikan obat penurun panas tiap
4 jam, kompres air hangat, berikan pakaian yang tipis pada Si Kecil dan hindari
penggunaan selimut, serta berikan ASI lebih sering. Bila tidak membaik atau
bertambah parah, segera hubungi dokter untuk penanganan
selanjutnya.
Hal yang perlu ditekankan adalah manfaat vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin terjadi. Meski demikian, vaksinasi tidak selalu dapat mencegah penyakit, namun dapat meringankan tingkat keparahan suatu penyakit.
Persepsi salah yang sering beredar mengenai vaksinasi, antara lain :
- Vaksin menyebabkan
autisme: Studi ilmiah telah
membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara vaksin dan autisme.
- Vaksin mengandung
bahan berbahaya: Kandungan dalam
vaksin telah diteliti secara ketat dan aman untuk digunakan.
- Sudah pernah sakit, jadi tidak perlu vaksin: Vaksin memberikan perlindungan yang lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan kekebalan alami yang diperoleh setelah sakit.
Dengan divaksinasi, kita tidak hanya
melindungi diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitar kita, terutama
mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Mari dukung program
vaksinasi dan bersama-sama membangun masyarakat yang sehat dan bebas dari
penyakit menular.
Referensi
https://www.alodokter.com/memahami-vaksin-berdasarkan-kandungannya
https://www.alodokter.com/manfaat-vaksin-penting-untuk-mencegah-penularan-penyakit
https://ayosehat.kemkes.go.id/imunisasi-perisai-ajaib-yang-bikin-hidupmu-tak-lagi-meredup
Referensi Gambar
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/8597/strategi-jitu-pemerintah-meningkatkan-imunitas-masyarakat-melalui-vaksinasi-rutin?lang=1
DOC, PROMKES, RSMH
Komentar
Posting Komentar