Mengenal Termoregulasi Bayi

 

Mengenal Termoregulasi Bayi

Narasumber : Ns. Nyimas Sri Wahyuni, M.Kep, Sp.Kep.A (RSMH Palembang)

 

Termoregulasi adalah keadaan seimbang antara kehilangan panas dan produksi panas badan. Nilai kuantitatif terhadap temperatur badan selaku normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun terpapar nilai kuantitatif terhadap temperatur lingkungan yang berhasil perubahan dari keadaan semula. Nilai kuantitatif terhadap temperatur badan selaku normal berfluktuasi sepanjang hari, 0,5c dibawah normal pada pagi hari dan 0,5oc diatas normal pada malam hari. Tentang hal tujuan utamanya dari termoregulasi adalah untuk mengontrol lingkungan bayi dalam mempertahankan lingkungan nilai kuantitatif terhadap temperatur netral (neutral thermal environment) dan meminimalkan perbuatan menghasilkan energi.


Nilai kuantitatif terhadap temperatur normal bayi berkisar 36,5c-37,5c. Hipotermia yakni nilai kuantitatif terhadap temperatur badan di bawah 36,50c. Hipertermia, nilai kuantitatif terhadap temperatur badan di atas 37,5c., meski lingkungan nilai kuantitatif terhadap temperatur netral/neutral thermal environment (nte) adalah kondisi lingkungan dimana nilai kuantitatif terhadap temperatur badan normal dengan perbuatan menghasilkan kalori dan konsumsi oksigen minimal (ponek, 2008). Jalan melakukan sesuatu kerja fisiologis dan reaksi individu terhadap lingkungan mengatur keadaan seimbang antara panas yang hilang dan dihasilkan, atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Jalan melakukan sesuatu kerja badan harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar nilai kuantitatif terhadap temperatur badan tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh jalan melakukan sesuatu kerja neurologis dan kardiovaskuler.

Nilai kuantitatif terhadap temperatur badan diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus seperti termostat. Nilai kuantitatif terhadap temperatur yang ’nyaman’ merupakan ’set point’ untuk operasi sistem pemanas. Penurunan nilai kuantitatif terhadap temperatur lingkungan akan mengaktifkan sistem pemanas, meski peningkatan nilai kuantitatif terhadap temperatur akan mematikan sistem pemanas tersebut. Jalan melakukan sesuatu kerja termoregulasi terjadi dimana produksi panas berasal dari pelepasan norepinefrin yang menyebabkan metabolisme simpanan lemak coklat dan konsumsi oksigen serta glukosa. Pada saat lahir, nilai kuantitatif terhadap temperatur badan turun tiba-tiba dan stres dingin segera terjadi (ponek, 2008).

Jalan melakukan sesuatu kerja peningkatan nilai kuantitatif terhadap temperatur badan pada bayi masih belum jelas, tetapi selaku umum disebabkan karena adanya dua hal yakni kenaikan nilai kuantitatif terhadap temperatur lingkungan serta adanya kenaikan set-point temperatur di hipotalamus sebagai akibat adanya pirogen imunogenik (prostaglandin e2) yang disebabkan karena infeksi (yunanto, 2010). Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada nilai kuantitatif terhadap temperatur badan. Hipotalamus anterior mengatur kehilangan panas, meski hipotalamus posterior mengatur produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas di luar batas titik pengaturan (set point) maka impuls dikirimkan untuk menurunkan nilai kuantitatif terhadap temperatur badan.           Jalan melakukan sesuatu kerja kehilangan panas adalah keringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Badan akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk menghilangkan panas. Jika hipotalamus posterior mendeteksi penurunan nilai kuantitatif terhadap temperatur badan di bawah titik pengaturan, badan akan

Memulai jalan melakukan sesuatu kerja konservasi panas. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas.

Produksi panas distimulasi melalui pengerutkan otot volunter dan otot yang menggigil. Saat vasokonstriksi tidak efektif, maka akan timbul gerakan menggigil. Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang meneruskan pesan ke hipotalamus) akan mengubah kontrol nilai kuantitatif terhadap temperatur dengan berat (potter & perry, 2010).

Termoregulasi tergantung dari fungsi normal dari proses produksi panas. Panas yang dihasilkan badan adalah hasil sampingan metabolisme, yakni reaksi kimia dalam seluruh sel badan. Makan merupakan sumber utama bahan bakar untuk metabolisme. Aktivitas yang membutuhkan reaksi kimia tambahan akan eningkatkan laju metabolik, yang juga akan menambah produksi panas. Saat metabolisme menurun, panas yang dihasilkan juga lebih sedikit. Produksi panas terjadi saat istirahat, gerakan volunter, menggigil involunter dan termogenesis tanpa menggigil (potter & perry, 2010).

Metabolisme basal berperan terhadap panas yang dihasilkan badan saat istirahat total. Laju metabolik basal atau basal  metabolic rate (bmr) biasanya bergantung pada area permukaan badan. Bmr juga dipengaruhi oleh hormon tiroid,

Usia, nilai kuantitatif terhadap temperatur lingkungan, intake makanan. Dengan merangsang penguraian glukosa dan lemak, hormon tiroid meningkatkan reaksi kimia dalam sel badan. Saat hormon tiroid disekresikan dalam jumlah besar, bmr dapat meningkat 100%. Ketiadaan hormon tiroid akan menurunkan bmr menjadi setengahnya, sehingga terjadi pengurangan produksi panas. Hormon seks testosteron meningkatkan bmr sehingga pria memiliki bmr yang lebih tinggi dari pada wanita.

Gerakan volunter seperti aktivitas otot pada saat olah raga membutuhkan energi tambahan. Laju metabolik meningkat saat aktivitas, terkadang meningkatkan produksi panas hingga 50 kali lipat. Menggigil adalah respon badan involunter  terhadap perbedaan nilai kuantitatif terhadap temperatur dalam badan. Gerakan otot lurik saat menggigil membutuh-kan energi yang cukup besar. Menggigil menghasilkan produksi panas 4 sampai 5 kali lipat dari normal. Panas akan membantu menyeimbangkan badan sehingga menggigil berhenti (potter & perry, 2010)

Sekresi tiroksin. Peningkatan sekresi tiroksin akan meningkatkan laju metabolisme sel di seluruh badan. Efek ini biasanya disebut sebagai termogenesis kimiawi, yakni stimulasi untuk menghasilkan panas diseluruh badan melalui peningkatan metabolisme seluler. Stimulasi epinefrin, norepinefrin dan simpatis. Hormon ini segera bekerja meningkatkan laju metabolisme seluler di banyak jaringan badan. Epinefrin dan norepinefrin langsung bekerja mempengaruhi sel hati dan sel otot, yang kemudian akan meningkatkan laju metabolisme seluler.

Peradangan juga dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian akan meningkatkan nilai kuantitatif terhadap temperatur badan. Termogenesis tanpa menggigil terjadi pada neonatus. Neonatus tidak dapat menggigil, sehingga jaringan coklat vaskuler yang ada saat lahir dimetabolisme untuk produksi panas. Jaringan tersebut sangat terbatas (potter & perry, 2010; kozier, 2011).

Sumber Gambar: Dok Pribadi

Referensi:

Baguiya, A., Meda, I. B., Millogo, T., Kourouma, M., Mouniri, H., & Kouanda, S. (2016). Availability and utilization of obstetric and newborn care in Guinea: A national needs assessment. International Journal of Gynaecology and Obstetrics: The Official Organ of the International Federation of Gynaecology and Obstetrics, 135 Suppl 1, S2–S6. https://doi.org/10.1016/J.IJGO.2016.09.004

Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. (2008). Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit, Indonesia.pdf.

Ntambue, A. M., Malonga, F. K., Cowgill, K. D., Dramaix-Wilmet, M., & Donnen, P. (2017). Emergency obstetric and neonatal care availability, use, and quality: A cross-sectional study in the city of Lubumbashi, Democratic Republic of the Congo, 2011. BMC Pregnancy and Childbirth, 17(1), 1–17. https://doi.org/10.1186/S12884-017-1224-9/FIGURES/6

Pattinson, R. C., Makin, J. D., Pillay, Y., van den Broek, N., & Moodley, J. (2015). Basic and comprehensive emergency obstetric and neonatal care in 12 South African health districts. South African Medical Journal = Suid-Afrikaanse Tydskrif Vir Geneeskunde, 105(4), 256–260. https://doi.org/10.7196/SAMJ.9181

 

DOC, PROMKES,RSMH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tren Pacaran Remaja, Gaya dan Dinamika Hubungan di Era Digital

Pengaruh pengharum ruangan bagi kesehatan

KORUPSI DISEKTOR KESEHATAN, TANTANGAN DAN UPAYA PENCEGAHANNYA