Mengenal apa itu Guillain Barre Syndrome (GBS)

 

Mengenal apa itu Guillain Barre Syndrome (GBS)

Narasumber : Deny Gunawan, S.Kep., Ns., M.Kep., FISQua (RSMH Palembang)



Guillain barre syndrome (GBS) adalah gangguan langka dimana sistem kekebalan tubuh menyerang syaraf. Insiden Guillain barre syndrome ini berkisar 1–2 per 100.000 orang per tahun. Kasus Guillain barre syndrome berdasarkan hasil studi di Eropa dan Amerika Utara diperkirakan tingkat insidensinya 0.8-1.9 kasus per 100.000 penduduk per tahun, pada anak-anak 0.6 kasus per 100.000 dan pada penduduk usia 80 tahun atau lebih meningkat hingga 2,7 kasus per 100.000 penduduk. Gangguan ini menyebabkan kelemahan otot bahkan bisa sampai terjadi kelumpuhan. Kelumpuhan ini terjadi dikarenakan rusaknya susunan syaraf tepi yang menghubungkan otak dengan sumsum tulang belakang dengan seluruh bagian tubuh kita. Guillain barre syndrome adalah kumpulan gejala klinis akibat inflamasi akut poliradikulo neuropati yang ditandai dengan kelemahan dan penurunan reflek. Penyebab Guillain barre syndrome sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti, akan tetapi diduga penyakit ini bersifat autoimun. Penyebab guillain barre syndrome ini belum diketahui dengan jelas sehingga bisa dikatakan penyakit langka. Sebutan ini penyakit ini adalah acute idiophatic polineuritis atau polineuritis idiopatik akut.

Guillain barre syndrome biasanya dicetuskan oleh proses infeksi maupun non-infeksi. Infeksi merupakan pencetus tersering terjadinya Guillain barre syndrome. Infeksi bisa dikarenakan oleh bakteri atau virus. Beberapa studi menunjukkan infeksi bakteri Campylobacter jejuni paling sering berhubungan dengan Guillain barre syndrome. Infeksi oleh bakteri ini dapat menimbulkan gejala di sistem gastrointestinal ataupun sistem respirasi.

Gejala awal dari Guillain barre syndrome ini antara lain adalah rasa seperti ditusuk-tusuk jarum di ujung jari kaki atau tangan atau mati rasa di bagian tubuh tersebut. Kaki terasa berat dan kaku mengeras, lengan terasa lemah dan telapak tangan tidak bisa mengenggam erat atau memutar sesuatu dengan baik (buka kunci, buka kaleng dan lain-lain), kesemutan, nyeri, kelemahan otot, dan gangguan keseimbangan. Gejala awal ini bisa hilang dalam tempo waktu beberapa minggu, penderita biasanya tidak merasa perlu perawatan atau susah menjelaskannya pada tim dokter untuk meminta perawatan lebih lanjut karena gejala-gejala akan hilang pada saat diperiksa. Gejala tahap berikutnya pada saat mulai muncul kesulitan berarti, misalnya : kaki susah melangkah, lengan menjadi sakit lemah, dan kemudian dokter menemukan syaraf refleks lengan telah hilang fungsinya.

Ada juga referensi lain menyatakan gejala awal dari Guillain barre syndrome  ini biasanya berupa  kelemahan atau rasa kesemutan pada kaki. Rasa itu dapat menjalar ke bagian tubuh atas tubuh. Pada beberapa kasus bisa menjadi lumpuh, Hal ini bisa menyebabkan kematian. Pasien kadang membutuhkan alat respirator untuk bernapas. Gejala biasanya memburuk setelah beberapa minggu, kemudian stabil. Banyak orang bisa sembuh, namun kesembuhan bisa didapatkan dalam minggu atau tahun.

Manifestasi klinis yang utama dari Guillain barre syndrome ini adalah kelemahan motorik yang bervariasi, dimulai dari ataksia sampai paralisis motorik total flaksid yang melibatkan otototot pernafasan sehingga menimbulkan kematian. Pada pemeriksaan fisik selain ditemukan adanya tetraplegia flaksid juga ditemukan arefleksia.

Guillain barre syndrome dapat menyerang siapa saja dan risikonya semakin tinggi seiring pertambahan usia. Namun, penyakit ini diketahui lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.

Komplikasi paling sering pada pasien Guillain barre syndrome ini adalah terjadinya gagal napas sehingga membutuhkan ventilasi mekanik, yang nantinya akan terjadinya pneumonia, sepsis, dan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Guillain barre syndrome ini memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk menghindari kegawatan (kegagalan otot pernapasan) dan disabilitas pasca serangan akut.

 

Referensi

Jodjaba, E., Adja, Y.M. 2021. Sindrom guillain-baree dengan komplikasi (gagal napas, henti jantung dan sepsis). Aksona. Volume 1 Nomor 2 Juli 2021.

Sabaruddin, H., Budinurdjaja, P., Fakhrurrazy. 2020. Guillain baree syndrome pada kehamilan. Jurnal ilmiah kedokteran wijaya kusuma 9(2) : 256 – 267, September 2020. ISSn 1978-2071; ISSN 2580-5967

Theresia. 2017. Laporan kasus penanganan sindorm guillain baree dengan terapi plasmaferesis. Nursing current Vol 5 No 2 Juli 2017

Sumber foto : https://en.wikipedia.org diakses tanggal 18 Februari 2025

DOC, PROMKES RSMH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tren Pacaran Remaja, Gaya dan Dinamika Hubungan di Era Digital

Pengaruh pengharum ruangan bagi kesehatan

KORUPSI DISEKTOR KESEHATAN, TANTANGAN DAN UPAYA PENCEGAHANNYA