MELIHAT MAKAN BERGIZI GRATIS LEBIH DEKAT
MELIHAT
MAKAN BERGIZI GRATIS LEBIH DEKAT
Narasumber : Septa Clara Astiyah, SST, MARS, RD (
RSMH Palembang)
Indonesia sampai saat ini masih menghadapi masalah Triple Burden of
Malnutrition, yaitu
: 1) masalah kekurangan gizi
atau underweight, 2) masalah obesitas, kelebihan gizi atau overweight, dan 3) masalah defisiensi mikronutrien. Penyebab terjadinya masalah gizi ini, antara lain : 1) asupan makan yang tidak adekuat atau tidak sesuai dengan kebutuhan
zat-zat gizi harian, 2) pola makan, praktek dan kebiasaan makan yang tidak aman,
3) kurangnya hygiene dan sanitasi makanan, atau 4) adanya kondisi klinis atau
penyakit bawaan terkait masalah gizi seperti infeksi atau down syndrome.
Data SKI tahun 2023
menunjukkan bahwa masalah underweight dapat menyebabkan 1 dari 5 Wanita
Usia Subur (WUS) mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebesar 20,6% dan 1
dari 6 ibu hamil mengalami KEK sebesar 16,9%. Selain itu masih ditemukannya 1
dari 5 Balita mengalami stunting (21,5%) dan wasting (8,5%). Masalah overweight juga menunjukkan angka obesitas dewasa pada
wanita sebesar 31,2% dan pada pria dewasa sebesar 15,7%, sedangkan untuk masalah
defisiensi mikronutrien yang dapat menyebabkan kejadian anemia memperlihatkan anemia pada
ibu hamil sebesar 27,7% dan pada anak usia sekolah 6-14 tahun sebesar 16,3%.
Apapun masalah gizi yang dihadapi,
dampak yang dapat diberikannya akan mempengaruhi kualitas hidup setiap individu
dan akan memiliki pola “intergenerasi” yaitu memberikan dampak yang besar pada pembangunan
bangsa dan tidak hanya dirasakan oleh generasi sekarang tetapi juga bisa diwariskan
ke generasi berikutnya, khususnya pada bayi dan remaja yang masa pertumbuhan
perkembangannya sangat pesat sehingga intervensi gizi pada masa ini sangat
penting. Gizi optimal
sejak dini akan memiliki dampak langsung terhadap kemampuan anak dalam belajar
dan ikut berperan dalam membangun
manusia berkualitas.
Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia adalah menginisiasi Program Makan
Bergizi Gratis (MBG) sebagai
langkah strategis untuk membangun generasi yang sehat, cerdas dan
produktif. Program MBG
ini memiliki keunggulan yang memberikan dampak pembangunan jangka menengah tahun 2025-2029, yaitu :
peningkatan perekonomian berkelanjutan, penurunan kemiskinan dan peningkatan
kualitas SDM Indonesia. Sedangkan tujuan jangka
panjang program MBG, yaitu :
mendukung
ketahanan pangan nasional, membangun ekosistem
berkelanjutan, memberikan pelatihan untuk peningkatan kapasitas, menciptakan lapangan
kerja dan meningkatkan pendapatan keluarga. Program MBG juga
dirancang dengan pendekatan kolaboratif, melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, seperti :
akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, komunitas dan
media sehingga sinergi ini menjadi kunci keberhasilan program MBG sendiri yang merupakan transformasi gizi nasional di
tahun 2025 untuk menuju Indonesia Sehat dengan
visi mencetak generasi emas di tahun 2045.
Program MBG adalah inisiatif strategis dari Badan Gizi
Nasional (BGN) yang dirancang untuk mendukung pemenuhan gizi dan peningkatan
pengetahuan gizi masyarakat melalui kegiatan edukasi gizi yang mencakup
kelompok sasaran, yaitu : anak sekolah (PAUD, SD, SMP, SMA), ibu hamil, ibu
menyusui dan anak balita. Program MBG dengan pendekatan berbasis gizi seimbang,
pemberdayaan masyarakat dan ekonomi berkelanjutan melakukan upaya perbaikan
gizi masyarakat melalui : 1) peningkatan akses terhadap makanan bergizi, 2) pembentukan
pola makan yang sehat, 3) peningkatan prestasi akademik dan kehadiran siswa, 4)
pengurangan angka anak putus sekolah, 5) penurunan beban ekonomi masyarakat
miskin, 6) pembukaan lapangan kerja, 7) peningkatan kesejahteraan petani atau
pelaku UMKM, dan 8) mendorong pemanfaatan bahan pangan lokal.
Prinsip utama pada program MBG adalah meningkatkan asupan gizi masyarakat dan memberikan edukasi
kelompok sasaran tentang pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian edukasi gizi menjadi komponen penting untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pola makan sehat dan aman. Edukasi gizi bisa diberikan pada anak sekolah dengan
tema Pedoman Isi Piringku atau Pentingnya Sarapan, sedangkan edukasi gizi yang
diberikan pada ibu hamil
dapat mengambil tema tentang Pentingnya Tablet Tambah Darah, Risiko
Anemia atau Gizi Kurang Saat Kehamilan. Tema edukasi gizi yang diberikan pada
ibu menyusui dapat berupa Pentingnya
ASI Eksklusif atau MP-ASI Berbahan Dasar Lokal sedangkan edukasi gizi pada ibu balita dapat mengambil tema tentang Pencegahan
Stunting dan Wasting Anak atau Pentingnya Konsumsi Protein Hewani.
Upaya untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat tidak bisa terlepas dari menu yang disajikan, menu yang disusun harus terencana, memenuhi prinsip
gizi seimbang dan
berbasis kebutuhan gizi
harian kelompok sasaran. Makanan yang
disajikan harus higienis dan aman dikonsumsi, mengutamakan bahan
pangan lokal dan dilaksanakan secara konsisten dengan tahapan : 1) analisis gizi, 2) penyusunan menu, 3) uji coba menu, 4) perhitungan biaya, 5) implementasi dan monitoring serta 6) perbaikan berkelanjutan. Program MBG bukan hanya langkah untuk memperbaiki
status gizi masyarakat, tetapi juga strategi untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi lokal yang melibatkan masyarakat, petani, dan pelaku usaha mikro agar
dapat menciptakan rantai manfaat yang berkelanjutan. Selain itu, penerapan menu seimbang yang memanfaatkan
bahan pangan lokal tidak hanya menjamin kesehatan, tetapi juga membangun
kesadaran akan pentingnya pola makan sehat. Melalui integrasi dengan program pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi diharapkan program
MBG menjadi solusi strategis untuk sumber daya
manusia yang berkualitas pada tahun 2045.
Pelaksanaan program MBG dimulai
serentak tanggal 6 Januari 2025 dan BGN
mencatat telah tersedia 190
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG yang beroperasi dan tersebar
di 26 provinsi mulai dari Aceh, Bali, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan
Riau, Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat, D.K.I. Jakarta, Jawa Tengah, Jawa
Timur, D.I. Yogyakarta, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan
Selatan, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua Barat dan
Papua Selatan. Pemerintah menempatkan kesiapan Dapur
MBG sebagai prioritas utama agar program dapat berjalan
maksimal, diharapkan target 937 Dapur MBG dapat
tercapai pada akhir Januari 2025 dengan pelaksanaan yang dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing daerah. Program MBG juga melibatkan 140 UMKM dalam rantai pasok makanan dan jumlah ini diproyeksikan
akan terus bertambah. Pemerintah memastikan tidak ada pungutan biaya dalam
proses pendaftaran mitra kerja. Selama Januari sampai Maret 2025, diharapkan program MBG
bisa menyentuh 3 juta kelompok sasaran dengan jumlah yang akan terus bertambah hingga mencapai
15 juta pada akhir tahun 2025. Program MBG
mengintegrasikan pemenuhan gizi, edukasi gizi dan
pemberdayaan ekonomi yang memberikan dampak luas bagi masyarakat. Kolaborasi dan
dukungan dari semua pihak menjadi kunci keberhasilan program MBG ini untuk
menciptakan masa depan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.
Referensi :
https://aipvogi.org/standar-gizi-dan-makanan-dalam-program-makan-bergizi-gratis-tahun-2025/
Referensi gambar :
DOC, PROMKES, RSMH
Komentar
Posting Komentar