Jenis Depresi yang Sulit Dideteksi, High Functioning Depression!

 

Jenis Depresi yang Sulit Dideteksi, High Functioning Depression!

Narasumber     : Dewi Sartika, A.Md, (RSMH Palembang)

 

 


 

Depresi adalah salah satu bentuk kondisi kesehatan mental yang dialami banyak orang dan sering kali muncul bersamaan dengan kecemasan. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, 1,4% penduduk Indonesia mengalami depresi. Artinya, sekitar 1 dari 100 orang di Indonesia mengalami depresi. Sejalan dengan itu, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa pada 2019, sekitar 300 juta orang di dunia mengalami depresi, di mana 15,6 juta di antaranya adalah orang Indonesia.

 

Depresi mempengaruhi gangguan suasana hati yang menyebabkan seseorang terus-menerus merasa sedih dan kehilangan minat. Namun, tahukah Anda bahwa depresi ternyata juga bisa menyebabkan gejala fake smile alias senyum palsu untuk menutupi segala gejala yang dirasakan? Medis menyebut kondisi ini sebagai high functioning depression.

 

High Functioning Depression (HFD) termasuk ke dalam jenis depresi kronis namun masih dalam tahapan yang relatif masih ringan. Walau secara kasat mata tak begitu terpantau jelas oleh orang-orang disekitarnya. Kehidupan penderita HFD terlihat seperti orang biasa pada umumnya. Bahkan, mereka yang mengalami HFD dapat dibilang memiliki kehidupan normal atau sempurna. Misalnya, menyabet juara dan prestasi lainnya. Padahal, sosok ini tengah menjalani peperangan situasi mental yang terjadi secara internal di dalam jiwanya yang luput dari pantauan orang sekitar.

 

Tanda Awal Penderita HFD

1.       Mulai Menolak Aktivitas Sosial

Tanda awal seseorang mengalami HFD adalah ia mulai menolak melakukan aktivitas sosial, misalnya pergi dengan teman. Menurut Jason Stamper, MD, seorang psikiatri di Pikeville, Kentucky, pada Reader Digest mengatakan bahwa seseorang yang mengalami HFD tetap menjalani aktivitas seperti biasa. Seperti pergi ke kantor dan berinteraksi dengan orang lain. Namun, setelah pulang kerja, penderita HFD mungkin tidak ingin lagi pergi keluar (hangout) bersama dengan teman-temannya. Kebanyakan penderita HFD memberi alasan bahwa pekerjaannya sangat berat dan melelahkan sehingga ia ingin beristirahat dan tidak bisa pergi bersama teman-teman.

2.       Memiliki Gangguan Kesehatan Lainnya

Seseorang yang mengalami gangguan kesehatan lain, seperti diabetes, kanker, jantung atau kesehatan lainnya yang termasuk penyakit berat bisa saja memicu seseorang menderita HFD. Di sisi lain, depresi seperti HFD juga bisa menyebabkan kesehatan seseorang terganggu dan rentan terhadap penyakit tertentu.

3.       Perubahan Kebiasaan Tidur

Tanda selanjutnya seseorang menderita HFD adalah perubahan kebiasaan tidur. Jika sebelum menderita HFD, seseorang tidak pernah mendengkur saat tidur, saat ia menderita HFD kemungkinan ia bisa saja mendengkur. Tentunya, mendengkur atau tidak bukan patokan seseorang menderita HFD atau tidak. Hal yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa, adanya perubahan kebiasaan tidur. Tidak bisa tidur juga bisa menjadi salah satu tanda seseorang menderita HFD, jika ia tergolong orang yang mudah sekali tidur sebelumnya.

4.       Lebih Mudah Cemas dan Khawatir

Seseorang yang menderita HFD biasanya merasa lebih cemas dan khawatir. Rasa cemas dan khawatir ini bukan hanya berasal dari rasa takut, namun juga bisa berasal dari hal lainnya yang tidak bisa dijelaskan. Biasanya seseorang akan mudah merasa cemas tanpa tahu penyebabnya.

5.       Merasa Sedih dan Hampa

Penderita HFD memiliki perasaan seperti rasa sedih dan hampa yang tidak bisa dijelaskan. Rasa sedih dan hampa ini sebenarnya tidak perlu dialami mengingat penderita HFD kebanyakan adalah seseorang yang sukses dalam hal karir dan keluarga. Inilah yang sering membuat penderita HFD merasa bingung dari mana asal kesedihan dan rasa hampa tersebut.

6.       Mengikuti Keinginan Pribadi

Seseorang yang merasa stres lebih sering melakukan hal sesuai dengan kehendaknya. Seperti melampiaskannya dengan banyak makan atau melakukan hal lain untuk menyembuhkan rasa stres yang sedang dihadapi. Hal yang demikian juga dirasakan bagi penderita HFD. Para penderita HFD akan mengalami beberapa tanda, misalnya lebih sering minum-minuman keras, merokok, bermain game berlebihan dan aktivitas lainnya yang dianggap bisa mengurangi depresi seseorang.

7.       Sosok yang Berpendidikan

Tanda penderita HFD yang paling sering muncul adalah bahwa kebanyakan penderita HFD merupakan sosok yang berpendidikan, sehingga kebanyakan memiliki karir yang bagus dan menduduki jabatan yang penting dalam hal pekerjaan. Sayangnya, karir dan jabatan yang penting inilah yang seringkali membuat seseorang menderita HFD. Tekanan dari pekerjaan bisa memicu seseorang menderita HFD.

8.       Menjadi Pemarah

Penderita HFD seringkali menjadi pemarah. Mereka bisa marah pada hal-hal sepele. Sikap penderita yang mulai berubah menjadi pemarah ini biasanya sering dipertanyakan oleh keluarga atau teman terdekat.

9.       Memiliki Sejarah HFD Sebelumnya

Para ahli sepakat bahwa untuk mengetahui seseorang menderita HFD, maka perlu dilakukan observasi secara keseluruhan, termasuk apakah ada riwayat keluarga yang juga menderita HFD sebelumnya. Para ahli berpendapat bahwa, dengan mengetahui riwayat kesehatan keluarga, maka penderita HFD akan semakin cepat didiagnosa dan disembuhkan.

10.   Orang Lain dan Keluarga Menilai Penderita HFD Baik-Baik Saja

Tanda seseorang menderita HFD memang sulit dideteksi, sehingga kebanyakan teman atau keluarga penderita menganggap perubahan sikap yang dialami penderita adalah hal yang wajar dan masih dalam taraf yang normal. Sayangnya, semakin lama kondisi ini dibiarkan maka semakin parah tingkat depresi seseorang.

 

Sebagian besar orang yang mengalami depresi memiliki tingkat energi yang rendah dan merasa malas beraktifitas bahkan beranjak dari kasur di pagi hari. Namun, ini tidak berlaku bagi penderita HFD, kecuali jika orang tersebut sedang sendirian. Akibatnya, risiko akan bunuh diri bisa lebih besar. Seseorang dengan HFD mungkin memiliki energi dan motivasi untuk mengikuti pikiran “sesat” tersebut.

 

Dalam konteks HFD dukungan sosial memainkan peran penting dalam membantu individu menghadapi tantangan emosional yang mereka hadapi. Dukungan sosial mencakup dukungan dari keluarga, teman-teman, dan komunitas yang dapat memberikan pemahaman, dukungan emosional, dan bantuan praktis.

 

Mengingat bahaya yang mungkin timbul, HFD harus segera diatasi. Jadi, jika Anda merasa mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi tersebut, mulailah untuk berbicara dengan seseorang yang paling dipercaya. Jika Anda merasa tidak ada orang yang bisa dipercaya, cobalah untuk berkunjung dan menceritakan semuanya ke psikolog atau dokter spesialis kesehatan jiwa. Sebab, tempat yang tidak akan “menghakimi” Anda adalah kantor psikolog maupun dokter tersebut.

 

Sejatinya, depresi, baik HFD ataupun jenis lain, harus segera diatasi. Jika tidak dan dibiarkan terjadi berkelanjutan, keinginan bunuh diri akan terus tumbuh hingga akhirnya tereksekusi. Maka itu, jika Anda merasakan gejala atau mengetahui ada orang yang mengalami kondisi demikian, berkonsultasi dengan psikolog atau dokter spesialis kejiwaan adalah solusi paling baik yang bisa dilakukan.

 

Referensi :

https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/kelainan-mental/depresi

https://hellosehat.com/mental/stres/depresi/

https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/high-functioning-depression-depresi-jenis-apa-itu

https://schoolofparenting.id/high-functioning-depression-depresi-yang-sulit-dideteksi-mungkin-anda-juga-mengalami/

https://www.its.ac.id/news/2023/05/22/__trashed-5/#:~:text=Sejalan%20dengan%20itu%2C%20World%20Health,di%20antaranya%20adalah%20orang%20Indonesia.

 

 

Sumber gambar :

Google

 

DOC,PROMKES,RSMH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tren Pacaran Remaja, Gaya dan Dinamika Hubungan di Era Digital

Pengaruh pengharum ruangan bagi kesehatan

KORUPSI DISEKTOR KESEHATAN, TANTANGAN DAN UPAYA PENCEGAHANNYA