Pencegahan Penyakit Autoimun Dengan Gaya Hidup Sehat
Pencegahan Penyakit Autoimun Dengan Gaya Hidup Sehat
Narasumber : Elsa
Savitrie, SKM, M.Kes ( RSMH Palembang)
Aduh….sendi-sendiku sakit semua, seperti abis kerja
keras, kenapa ya?..
Tubuhku penuh dengan ruam dan bercak-bercak merah
seperti terkena alergi, ada apa ya?….
Keluhan-keluhan seperti ini sering kita dengar dari
penderita autoimun.
Apa sih penyakit Autoimun itu ?..
Menularkah?..Penyakit keturunankah?…
Ayoo..kita cari tahu!
Penyakit gangguan imunologi merupakan kondisi yang terjadi ketika
sistem imun tubuh tidak berfungsi dengan baik. Sistem imun berperan penting
dalam melindungi tubuh dari infeksi, penyakit, dan berbagai ancaman lainnya.
Pada gangguan ini, sistem imun bisa terlalu aktif sehingga menyerang sel-sel
sehat dalam tubuh, atau tidak cukup aktif sehingga tubuh menjadi rentan
terhadap infeksi. Jenis penyakit ini mencakup berbagai kondisi, termasuk
penyakit autoimun, alergi, dan imunodefisiensi. Memahami karakteristik dan
dampak dari penyakit ini penting untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat.
Meskipun belum ada cara untuk menyembuhkan
penyakit autoimun secara total, penerapan gaya hidup sehat dapat membantu
mencegah timbulnya gejala dan memperbaiki kualitas hidup pengidapnya. Mari kita
mengenal terlebih dahulu mengenai penyakit Autoimun.
Faktor Risiko Penyakit Autoimun
Sejauh ini, penyebab
penyakit autoimun masih belum diketahui. Meski demikian, ada beberapa faktor
yang menyebabkan seseorang lebih berisiko menderita penyakit autoimun, yaitu:
·
Keturunan
Faktor risiko utama dari penyakit autoimun adalah faktor genetik atau
keturunan. Meski demikian, faktor ini bukan satu-satunya yang bisa memicu
reaksi kekebalan tubuh untuk menyerang sel tubuh yang sehat.
·
Lingkungan
Faktor lingkungan turut berpengaruh dalam memicu penyakit autoimun. Faktor
lingkungan mencakup paparan zat kimia beracun, seperti asbes, merkuri, asap
rokok, serta pola makan yang kurang sehat.
·
Perubahan hormon
Beberapa penyakit autoimun sering kali menyerang perempuan pascamelahirkan. Hal
ini menyebabkan hadirnya sebuah asumsi bahwa penyakit autoimun terkait dengan
perubahan hormon, misalnya saat hamil, melahirkan, atau menopause.
·
Infeksi
Beberapa
penyakit autoimun sering dikaitkan dengan infeksi. Hal ini wajar karena
sebagian gejala penyakit autoimun diperburuk oleh infeksi tertentu.
Tanda dan Gejala Penyakit Gangguan Imunologi
Penting untuk mengenali tanda dan
gejala penyakit gangguan imunologi agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
Beberapa gejala yang umum muncul antara lain:
1. Kelelahan
yang Berlebihan
Merasa lelah meski telah cukup istirahat bisa menjadi indikasi gangguan imun.
2. Nyeri Sendi
dan Otot
Rasa nyeri yang berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas dapat menunjukkan
adanya gangguan autoimun.
3. Infeksi
yang Sering
Sering mengalami infeksi seperti flu, pneumonia, atau infeksi jamur bisa
menjadi tanda sistem imun yang lemah.
4. Ruam Kulit
Perubahan pada kulit, seperti ruam atau bercak merah, dapat menjadi tanda
adanya reaksi imunologi.
5. Masalah
Pencernaan
Gangguan seperti diare kronis, sakit perut, atau perubahan nafsu makan juga
bisa terkait dengan kondisi imun.
Penyakit Autoimun yang Paling Sering Ditemui
Dari sekian banyaknya
jenis penyakit autoimun, beberapa penyakit autoimun di bawah
ini merupakan yang paling sering sekali ditemui:
1. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah
penyakit autoimun yang sering ditemui. Sistem kekebalan tubuh memproduksi
antibodi yang menyerang pelapis sendi.
Akibat dari serangan antibodi ini
adalah peradangan, pembengkakan, dan nyeri pada sendi. Reaksi radang yang parah
juga bisa menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh lain, seperti kulit, mata,
dan paru-paru.
Jika tidak diobati, penyakit ini
akan menyebabkan kerusakan permanen pada sendi. Untuk mencegahnya,
penderita rheumatoid arthritis biasanya akan diberikan obat
minum atau suntik yang berfungsi mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh.
2. Lupus
Penyakit systemic lupus
erythematosus (SLE) atau lupus menyebabkan
terbentuknya antibodi yang bisa menyerang hampir seluruh jaringan tubuh
penderitanya.
Beberapa bagian tubuh yang paling
sering diserang adalah sendi, paru-paru, ginjal, kulit, jaringan penyambung
tubuh, pembuluh darah, sumsum tulang, dan jaringan saraf.
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan lupus. Pengobatan lupus umumnya bertujuan untuk menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga mengurangi peradangan dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut.
3. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya
akan terdiagnosis sejak usia kanak-kanak atau dewasa muda. Penyakit ini
disebabkan oleh serangan sistem kekebalan tubuh pada sel-sel pankreas yang
memiliki tugas memproduksi insulin.
Hal ini menyebabkan terganggunya
produksi insulin sehingga tubuh tidak
mampu mengontrol kadar gula darah. Jika hal ini tidak dihentikan, maka berisiko
menimbulkan kerusakan pada berbagai organ, seperti ginjal, mata, otak, jantung,
atau pembuluh darah. Untuk penanganannya, penderita diabetes tipe-1 akan
diberikan suntikan insulin.
Selain itu, penderita juga wajib
melakukan pemantauan kadar gula darah, mengolah makanan untuk anak dari
bahan yang rendah gula dan lemak, dan olahraga teratur.
4. Multiple sclerosis (MS)
Pada saat sistem kekebalan tubuh
seseorang menyerang sel-sel saraf sendiri, beberapa gejala yang mengerikan
berisiko muncul sebagai akibatnya. Kondisi ini biasa disebut dengan multiple sclerosis alias MS.
Beberapa gejala yang bisa timbul
adalah nyeri, kebutaan, gangguan koordinasi tubuh, dan spasme
otot. Gejala lainnya yang mungkin timbul adalah tremor, mati rasa di area
tungkai, kelumpuhan, susah bicara, atau susah berjalan.
Untuk mengobatinya, obat-obatan
tertentu bisa digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Fisioterapi dan terapi okupasi dapat
dilakukan untuk membantu pasien MS melakukan kegiatan sehari-hari.
5. Penyakit Graves
Penyakit Graves adalah
penyakit autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid menjadi terlalu aktif. Orang
yang menderita penyakit ini kemungkinan akan mengalami beragam gejala yang bisa
mengganggu kegiatan sehari-hari.
Kesulitan tidur, mudah tersulut
emosi, berat badan turun tanpa sebab, dan mata menonjol adalah sebagian
gejalanya. Gejala lain yang mungkin timbul adalah leher bengkak, terlalu
sensitive pada hawa panas, otot lemah, atau tremor.
Untuk mengobati penyakit Graves,
penderita kemungkinan akan diberikan pil radioaktif iodium. Pil ini digunakan
untuk membunuh sel-sel kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
Pasien dapat juga diberikan obat
anti-tiroid, obat hipertensi golongan beta blocker, dan kortikosteroid.
Beberapa kasus penyakit Graves perlu ditangani dengan prosedur pembedahan.
6. Psoriasis
Psoriasis adalah kondisi
terlalu aktifnya sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan kulit mengalami
produksi lebih cepat. Kondisi ini disebabkan oleh salah satu sel darah dalam
sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, yaitu sel-T.
Berkumpulnya sel-T di kulit
merangsang kulit untuk tumbuh lebih cepat dari seharusnya. Gejala utama
psoriasis adalah munculnya bercak di kulit yang bersisik dan pengelupasan kulit
yang meninggalkan lapisan berwarna putih mengkilap.
Untuk menanganinya, dokter akan memberikan obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, serta terapi cahaya.
Ada beberapa langkah yang dapat
diambil untuk mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit autoimun melalui
“Gaya Hidup Sehat”.
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil melalui
gaya hidup sehat.
1. Mengatur Pola Makan
Mengatur pola
makan merupakan langkah awal yang penting dalam pencegahan penyakit autoimun.
Diet yang seimbang dan bergizi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan
mengurangi risiko peradangan.
Beberapa tips
untuk mengatur pola makan meliputi:
a.
Konsumsi Makanan Bergizi
Diet seimbang yang
kaya akan nutrisi sangat penting untuk menjaga kesehatan sistem kekebalan
tubuh.
Makanan yang
dianjurkan meliputi :
Ø
Buah dan Sayuran: Kaya akan antioksidan dan vitamin
yang mendukung sistem imun.
Ø
Protein Berkualitas: Sumber protein seperti ikan,
unggas, dan kacang-kacangan membantu memperbaiki jaringan.
Ø
Lemak Sehat: Mengonsumsi lemak sehat dari sumber
seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun dapat mengurangi
peradangan.
b. Hindari Makanan Olahan :
Batasi konsumsi makanan olahan dan yang mengandung bahan tambahan kimia.
Makanan ini sering kali memiliki efek negatif pada kesehatan. Gula Berlebih: Dapat meningkatkan peradangan
dalam tubuh. Gluten: Bagi beberapa individu, gluten dapat memicu reaksi autoimun.
c. Perhatikan Asupan Kalsium :
Pastikan asupan kalsium cukup untuk mendukung kesehatan tulang. Produk susu
rendah lemak atau alternatif nabati bisa menjadi pilihan.
2. Mencukupi Waktu Tidur
a. Tidur yang cukup sangat penting
bagi kesehatan fisik dan mental. Kurang tidur dapat meningkatkan stres dan
memicu gejala penyakit autoimun. Untuk mencukupi waktu tidur:
b.
Tidur 7–8 Jam Setiap Malam:
Usahakan untuk mendapatkan waktu tidur yang berkualitas setiap malam agar tubuh
dapat beristirahat dengan baik.
c. Ciptakan Lingkungan Tidur
Nyaman: Pastikan kamar tidur nyaman, gelap, dan tenang untuk mendukung kualitas
tidur.
3. Belajar Mengendalikan Stres
a. Stres dapat memperburuk kondisi
kesehatan secara keseluruhan, termasuk bagi pengidap penyakit autoimun. Oleh
karena itu, penting untuk belajar mengendalikan stres dengan cara:
b. Melakukan Aktivitas Relaksasi:
Cobalah teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, atau latihan pernapasan.
c.
Menyalurkan Hobi: Luangkan
waktu untuk melakukan hobi atau aktivitas yang menyenangkan untuk mengalihkan
perhatian dari stres sehari-hari.
4. Membuat Jadwal Aktivitas
a. Membuat jadwal aktivitas
membantu mencegah kelelahan berlebihan yang dapat memicu gejala penyakit
autoimun:
b. Prioritaskan Tugas Harian :
Tentukan prioritas tugas agar tidak terbebani oleh pekerjaan sekaligus.
c. Istirahat Secara Teratur :
Sisihkan waktu istirahat di antara aktivitas agar tubuh tidak merasa terlalu
lelah.
5. Berolahraga Secara Teratur
a. Olahraga memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan fisik dan mental :
b. Lakukan Olahraga Minimal 30
Menit Setiap Hari : Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau
berenang selama 5–6 kali seminggu sangat dianjurkan.
c. Pilih Jenis Olahraga yang Disukai : Temukan jenis olahraga yang menyenangkan agar lebih mudah untuk dilakukan secara konsisten.
6. Konsumsi Suplemen atau Multivitamin
a. Suplemen atau multivitamin bisa
menjadi tambahan penting dalam diet sehari-hari pengidap penyakit autoimun:
b. Sebelum memulai suplemen baru,
sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk memastikan bahwa suplemen tersebut
sesuai dengan kebutuhan individu.
c. Dengan menerapkan gaya
hidup sehat ini secara konsisten, pengidap penyakit autoimun dapat mengurangi
risiko kambuhnya gejala serta meningkatkan kualitas hidup mereka.
7. Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi masalah kesehatan sejak dini. Diskusikan riwayat kesehatan keluarga dan lakukan tes yang diperlukan untuk memantau kesehatan sistem imun.
Penyakit autoimun
dapat memiliki dampak serius pada kualitas hidup. Namun, dengan menerapkan gaya
hidup sehat yang meliputi pola makan seimbang, aktivitas fisik teratur,
manajemen stres, tidur yang cukup, hidrasi, serta pemeriksaan kesehatan rutin,
Anda dapat mengurangi risiko terkena penyakit autoimun. Menerapkan
langkah-langkah pencegahan ini tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan sistem
imun, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Referensi :
https://www.alodokter.com/penyakit-autoimun-berarti-tubuh-menyerang-diri-sendiri
https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-gangguan-imunologi
Referensi Gambar
DOC,PROMKES, RSMH
Komentar
Posting Komentar