Mengenal Hipertermia pada Anak
Mengenal Hipertermia pada Anak
Narasumber : Ns.Nyimas Sri Wahyuni, M.Kep, Sp.Kep.A
( RSMH Palembang)
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak terkendali yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan kehilangan panas. IL-1 tidak terlibat dalam proses ini, dan pusat termoregulasi di hipotalamus tetap normal (Sumarmo, 2012). Hipertermia merupakan suatu kondisi di mana termoregulasi (pengaturan suhu tubuh) terganggu, baik karena tubuh tidak mampu melepaskan/menghilangkan panas (misalnya pada serangan panas) atau karena tubuh menghasilkan panas berlebih meskipun pelepasan panas normal (El-Radhi, 2009).
Suhu tubuh meningkat karena
tubuh tidak mampu meningkatkan pembuangan panas atau mengurangi produksi panas
(Potter & Perry, 2010). Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mengganggu mekanisme pembuangan panas. Hipertermia maligna merupakan kelainan
bawaan di mana produksi panas tidak dapat dikendalikan. Kondisi ini terjadi
ketika orang yang rentan mengonsumsi obat anestesi tertentu. Menurut El-Radhi
(2009), penyebab hipertermia dapat dibagi menjadi dua kategori:
a) Hipertermia akibat peningkatan produksi panas:
Hipertermia maligna. Hipertermia maligna biasanya
disebabkan oleh obat anestesi. Hipertermia ini adalah miopati yang disebabkan
oleh mutasi genetik dan diwariskan secara autosom dominan (Nybo, 2008). Pada
episode akut, kalsium intraseluler dalam otot rangka meningkat, menyebabkan
kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengaturan suhu tubuh di hipotalamus
normal, jadi pemberian antipiretik tidak ada gunanya. Gambaran klinis pada
pasien ini meliputi kekakuan otot, terutama otot masseter, yang menyebabkan rhabdomyolisis,
peningkatan karbon dioksida, takikardia, dan peningkatan suhu yang cepat (0,50-1,00 °C setiap 5-10 menit,
dengan suhu terkadang mencapai 44 °C). Penanganan utama adalah penurunan suhu
secara cepat dan agresif menggunakan pendinginan sistemik (NGT, rektal, dan IV
es/air dingin).
Hipertermia akibat olahraga
(sengatan panas): Jenis hipertermia ini dapat terjadi pada anak-anak yang lebih
besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik berat dalam jangka waktu lama dalam
suhu panas. Tindakan pencegahannya meliputi pembatasan durasi aktivitas fisik,
terutama di lingkungan dengan suhu di atas 30°C dan kelembaban di atas 90%, penyediaan cairan
lebih sering (150 ml air dingin setiap 30 menit), dan penggunaan pakaian berwarna terang, satu lapis, terbuat dari
bahan yang menyerap keringat (Dalal, 2006).
Hipertermia endokrin (EH):
Gangguan metabolik/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang terjadi
pada anak-anak dibandingkan pada orang
dewasa. Gangguan endokrin yang umumnya dikaitkan dengan hipertermia meliputi
hipertiroidisme, diabetes melitus, feokromositoma, insufisiensi adrenal, dan
etiokolanolon, suatu steroid yang diketahui dikaitkan dengan demam (merangsang
sel darah putih untuk memproduksi pirogen).
Hipertermia akibat
berkurangnya pembuangan panas adalah:Hipertermia neonatal, peningkatan suhu
tubuh secara tiba-tiba pada hari kedua dan ketiga kehidupan, mungkin disebabkan
oleh hal-hal berikut: 1) Dehidrasi. Pada saat ini, dehidrasi sering terjadi
karena kehilangan cairan dan meningkatnya suhu ruangan. Jenis hipertermia ini
merupakan penyebab ketiga paling umum dari peningkatan suhu tubuh setelah
infeksi dan trauma kelahiran. Cara terbaik adalah dengan membedakan hipertermia
dengan infeksi. Jika demam disebabkan oleh infeksi, biasanya ada tanda-tanda infeksi
lainnya juga, seperti: Misalnya: leukositosis/leukopenia, peningkatan CRP,
respons buruk terhadap penggantian cairan,
riwayat prematuritas/risiko infeksi. 2) Kepanasan dapat terjadi ketika
pemanas yang digunakan terlalu panas atau ketika bayi terkena sinar matahari
langsung dalam jangka waktu lama
(Curran, 2005).
Hipertermia maligna biasanya
disebabkan oleh obat anestesi. Hipertermia ini adalah miopati yang disebabkan
oleh mutasi genetik dan diwariskan secara autosom dominan. Selama serangan
akut, kalsium intraseluler dalam otot rangka meningkat, menyebabkan kekakuan
otot dan hipertermia. Pusat pengaturan suhu tubuh di hipotalamus normal,
sehingga pemberian antipiretik tidak efektif.
Sumber Gambar: Doc Pribadi
Referensi:
Aliya, A. H. 2019. Jurnal Kesehatan. Gambaran
Penurunan Suhu Tubuh
dengan Kompres Hangat dan Kompres Aloe Vera pada Anak dengan Demam.
(pp.1– 7).
Andreinie, R. 2016. Analisis Efektivitas Kompres Hangat
terhadap penurunan Nyeri Persalinan. Temu Ilmiah Hasil Penelitian
Dan pengabdian Masyarakat.2 (1): 311 – 317.
Arifuddin, A. 2017. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Kejang Demam di RuangPerawatan Anak RSU Anutapura Palu. Journal of
Chemical Information and Modeling. 53 (9): 287.
DOC,PROMKES,RSMH
Komentar
Posting Komentar