Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Kesehatan
Mental di Tempat Kerja
Narasumber : Ardiansyah, SKM, MM (RSMH Palembang)
Menurut
Ardiansyah, Sandy.et.al. (2023) Peran penting lingkungan kerja dalam
kehidupan manusia tidak bisa diremehkan. Lingkungan kerja bukan hanya sebagai
tempat mencari nafkah, arena persaingan bisnis dan peningkatan kesejahteraan,
tetapi juga menjadi sumber stress yang berdampak negatif terhadap Kesehatan
mental setiap orang yang berinteraksi dengannya, individu misalnya. Pesertanya
meliputi pejabat, petugas, atau karyawan. Masalah yang menyebabkan psikosis
ditempat kerja antara lain disebabkan oleh stres. Stres sering terjadi di
lingkungan kerja, antara lain :
1. Kekecewaan
atas kurang terjaminnya kesejahteraan, dalam hal ini, honor atau gaji serta
tunjangan yang diterima tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
2. Konflik
di tempat kerja dengan personil lainnya, contohnya dengan atasan, kolega atau
dengan partner
3. Pekerjaan
yang sedang dijalani tidak sesuai dengan passion serta kemampuan dirinya
4. Kompetisi
atau persaingan yang tidak sehat yang terjadi
antar pimpinan atau karyawan
5. Beban
kerja yang terlalu berat, terlebih tidak sebanding dengan honor yang dibayarkan
6. Lingkungan
kerja yang kurang kondusif, misalnya terlalu bisng, kotor, sumpek, ventilasi
udara yang tidak ideal
7. Waktu
istirahat yang kurang
8. Hari
libur yang kurang jika dibandingkan dengan rutinitas bekerja yang terlalu padat
9. Tidak
adanya komunikasi terbuka antara pimpinan dan karyawan
10. 10)Jenjang
karir atau kenaikan pangkat/golongan yang tidak tertata dengan baik
11. 11)Pegawai
karyawan kurang diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah sesuai keyakinan.
Jika
masalah ini muncul dalam suatu organisasi atau perusahaan, maka akan
menyebabkan stagnasi produktivitas tenaga kerja di kalangan manajer atau
karyawan. Jika hal ini terjadi, cukup menunggu lembaga atau perusahaan tersebut
bangkrut. Dengan demikian, agar
kader/pegawai dapat mencapai keberhasilan, keuntungan dan produktivitas,
pimpinan perlu memperhatikan kesehatan mental bawahannya untuk menciptakan
kondisi yang kondusif. Oleh karena itu, penting bagi pimpinan organisasi
pemerintah/swasta untuk mengembangkan anjuran untuk mencegah masalah mental
seperti gangguan afektif dengan meminimalkan kemungkinan sumber stres.
Organization
for Economic Co-Operation and Development (OECD)
pada tahun 2012 memperkirakan sekitar 20 persen orang dewasa usia kerja
memiliki masalah kesehatan mental. Sementara itu, berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2017, pekerja industri
kecil dan menengah yang mengalami depresi dan insomnia masing-masing sebanyak
60,6 dan 57,6 persen. Lebih lanjut, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia tahun 2018 menunjukkan prevalensi depresi bagi PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD,
Pegawai swasta, Wiraswasta, Petani/buruh tani, Nelayan, dan
Buruh/sopir/pembantu ruta berturut-turut sebesar 2,4:, 4,3;, 5,1;, 5,5;, 6,9;,
dan 5,8 persen. Sementara itu, prevalensi gangguan mental emosional bagi
PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD, Pegawai swasta, Wiraswasta, Petani/buruh tani,
Nelayan, dan Buruh/sopir/pembantu ruta berturut-turut sebesar 3,9;, 6,3;, 7,0;,
9,7;, 10,8;, dan 9,7 persen. Kondisi ini dapat mengindikasikan bahwa masalah
kesehatan mental di tempat kerja masih cukup diabaikan oleh beberapa perusahaan
di Indonesia (Memish dkk., dalam Firdausya, et.al, 2023).
So,
apa pengaruhnya bagi pekerjaan dan tempat kerja jika pegawai atau karyawannya
tidak memiliki kesehatan mental yang baik ?
Menurut
laman https://www.paychex.com/,
dampak buruknya Kesehatan Mental Karyawan di Tempat Kerja dapat berupa
Hilangnya produktivitas, ketidakhadiran, keharusan merekrut dan melatih
karyawan karena tingginya turnover, dan bahkan biaya asuransi kesehatan yang
lebih tinggi semuanya berpotensi terkait dengan buruknya kesehatan mental
karyawan. Bahkan untuk usaha kecil, biaya ini bisa bertambah. Para pemimpin
bisnis mengatakan bahwa masalah kesehatan mental dapat berdampak negatif pada
operasional mereka melalui cara-cara berikut:
1. Pendapatan
menurun (40%)
2. Profitabilitas
menurun (39%)
3. Kehilangan
pelanggan (30%)
4. Output
berkurang (26%)
5. Berkurangnya
daya saing (20%)
Meskipun
terlihat sebagai hal yang sepele, masalah kesehatan mental akan berdampak buruk
jika tidak ditangani dengan baik. Secara tidak langsung, pengaruhnya akan
berdampak juga pada performa perusahaan secara keseluruhan. Untuk mengatasi hal
tersebut, ada beberapa langkah kegiatan yang bisa kita lakukan, antara lain:
1. Membangun
budaya mental sehat di lingkungan kerja
Membangun
lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental membutuhkan suatu sistem
pendukung yang kuat pula. Para atasan harus memiliki pemahaman dan kesadaran
yang sama akan hal ini. Perusahaan juga dapat memberikan self-assessment
tools bagi pegawai hingga menawarkan layanan kesehatan.
Selain itu, tidak
kalah penting bagi perusahaan untuk memberikan edukasi bagi karyawan akan
pentingnya isu ini. Pemberian pemahaman bisa dilakukan melalui seminar/workshop
bertema kesehatan mental seperti teknik pengelolaan stres dan mindfulness.
2. Menghindari
toxic positivity
Toxic positivity
terjadi akibat adanya anggapan bahwa seorang pegawai harus dapat menunjukkan
emosi positif di setiap waktu. Memberikan layanan terbaik saat bekerja memang
merupakan hal yang sangat baik. Namun, setiap pegawai pun sangat wajar apabila
merasa tidak baik-baik saja. Karena itukah, setiap lingkungan kerja harus
memberikan kesempatan para pegawainya untuk mengekspresikan perasaan tidak
nyaman atau mengutarakan permasalahan yang dihadapinya.
3. Memberikan
jeda atau waktu rehat sejenak
Belajar pada masa pandemi covid-19, semakin banyak perusahaan yang memberikan kelonggaran para pegawainya untuk tidak selalu harus bekerja dari kantor. Hal ini salah satunya bertujuan untuk memberikan kesempatan para karyawan untuk beristirahat atau menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
Referensi
Ardiansyah, Sandy, et.al, 2023, Kesehatan Mental, PT Global Eksekutif Teknologi, Sumatera Barat
Firdausya, Naufal Mohamad, et.al, 2023, Kajian Vol. 1: Menilik Isu dan Urgensi Kesehatan Mental Pekerja Indonesia, Bidang Kajian Microeconomics Dashboard, Laboratorium Ilmu Ekonomi FEB UGM
Hayati, 2019, Kesehatan Mental Karyawan di Lingkungan Pekerjaan. Sebuah Studi pada Divisi Support Perusahaan Multinasional, JP3SDM, Vol. 8. No. 2
https://www.paychex.com/articles/human-resources/workplace-mental-health-effects, diakses tanggal 21 Agustus 2024
https://prasmul-eli.co/id/articles/Permasalahan-Mental-pada-Pegawai-Kantor-dan-Cara-Mengatasinya, diakses tanggal 21 Agustus 2024
Sumber
Gambar :
https://www.merdeka.com/
DOC, PROMKES,RSMH
Komentar
Posting Komentar