TIPS BEROLAHRAGA BAGI PENDERITA HIPERTENSI
TIPS
BEROLAHRAGA BAGI PENDERITA HIPERTENSI
Narasumber
: Ardiansyah, SKM, MM, ( RSMH Palembang)
Prevalensi
hipertensi di Indonesia pada umur > 18 tahun semakin meningkat. Penderita
hipertensi yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah hanya seperlima
dari seluruh penderita di dunia. Pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan
mengontrol faktor risiko, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan sehat,
mengurangi takaran garam pada makanan, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak
merokok, mengontrol stress, dan melakukan aktivitas fisik (Siswati, et.al, 2021)
Faktor
resiko hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi
minuman beralkohol, konsumsi minuman berkafein >1 kali per hari, kurang
aktivitas fisik dan obesitas (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Aktivitas fisik
sangat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani seseorang. Salah satu
aktivitas fisik yang baik untuk meningkatkan kebugaran jasmani adalah
berolahraga. Seseorang yang tidak memiliki kebiasaan olahraga kecenderungan
30-50% terkena hipertensi (Armilawati, 2009 dalam Christina 2019).
Bagi
penderita hipertensi faktor yang harus diperhatikan adalah tingginya tekanan darah. Semakin tinggi tekanan darah semakin
keras kerja jantung, sebab untuk mengalirkan darah saat jantung memompa maka
jantung harus mengeluarkan tenaga sesuai dengan tingginya tekanan tersebut.
Jantung apabila tidak mampu memompa dengan tekanan setinggi itu, berarti
jantung akan gagal memompa darah. Latihan olahraga dapat menurunkan tekanan
sistolik maupun diastolik pada usia tengah baya yang sehat dan juga mereka yang
mempunyai tekanan darah tinggi ringan. Latihan olahraga tidak secara signifikan
menurunkan tensi pada penderita yang mengalami hipertensi berat, tetapi paling
tidak olahraga membuat seseorang menjadi lebih santai.
Beberapa
pedoman di bawah ini perlu dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara
lain;
a. Penderita
hipertensi dikontrol tanpa atau dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya,
sehingga tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan diastolik
tidak melebihi 100 mmHg.
b. Sebelum
berolahraga, perlu mendapatkan informasi mengenai penyebab hipertensinya. Selain
itu, kondisi organ tubuh yang akan terpengaruh oleh penyakit tersebut seperti: keadaan
jantung, keadaan ginjal, keadaan mata (untuk mengetahui derajat hipertensi),
serta pemeriksaan laboratorium darah maupun urin. Kondisi organ tersebut akan
mempengaruhi keberhasilan olahraga yang dilakukan.
c. Penderita
hipertensi sebelum latihan, sebaiknya melakukan Uji Latih Jantung terlebih
dahulu dengan beban (treadmill/ ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan
darah dan perubahan aktifitas listrik jantung (EKG) serta menilai tingkat kapasitas
fisik. Berdasarkan hasil Uji Latih Jantung, dosis latihan dapat diberikan secara
akurat.
d. Pada
saat Uji Latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan, sehingga dapat
diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban. Obat yang diberikan apakah
sudah tepat artinya tekanan darah berada dalam lingkup ukuran normal atau masih
menunjukkan reaksi hipertensi ketika diberikan tes pembebanan. Dokter akan berusaha mengatur kembali dosis obat
apabila belum tepat.
e. Latihan
yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan (endurance) dan tidak boleh
menambah peningkatan tekanan (pressure). Olahraga yang tepat adalah
jalan kaki, bersepeda, senam dan berenang atau olahraga aerobik.
f.
Olahraga yang bersifat kompetisi tidak
diperbolehkan, karena dapat memacu emosi, sehingga mempercepat peningkatan
tekanan darah.
g. Olahraga
peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan seperti angkat berat, karena menyebabkan
peningkatan tekanan darah secara mendadak dan melonjak.
h. Tekanan
darah secara teratur diperiksa sebelum dan sesudah latihan
i.
Bagi penderita hipertensi ringan (tensi
160/ 95 mmHg tanpa obat), maka olahraga disertai pengaturan makan (mengurangi
konsumsi garam) dan penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah sampai
tingkat normal 140/ 80 mmHg.
j.
Penderita hipertensi umumnya berhubungan
dengan beban emosi (stress). Oleh karena itu disamping olahraga yang
bersifat fisik, olahraga pengendalian emosi seperti: meditasi, dzikir dan
beribadah sesuai agama masing-masing sangat penting dilakukan.
k. Hasil
latihan jika menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis obat yang diberikan
sebaiknya dikurangi (penyesuaian).
(Dede
Kusmana, 2002: 112-115 dalam Prasetyo, ____)
Referensi
Amir,
et.al. 2022, Studi Literature: Cara Menurunkan Hipertensi Dengan Latihan
Fisik, Malahayati Nursing Journal, ISSN CETAK: 2655-2728 ISSN ONLINE:
2655-4712
Siswati,
et.al, 2021, Senam Hipertensi Sebagai Upaya Menurunkan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi, Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Vol. VI No. II Tahun 2021| 46 – 50
Christina,
2019, Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Usia Produktif Di Puskesmas Bergas, Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo, Ungaran
Prasetyo,
____, Olahraga Bagi Penderita Hipertensi, https://staffnew.uny.ac.id/upload/132308484/penelitian/Olahraga_Bagi_Penderita_Hipertensi.pdf,
diakses tanggal 17 Mei 2024
Sumber
Gambar : https://www.halodoc.com/artikel/rutin-berolahraga-bisa-mencegah-terjadinya-hipertensi,
diakses tanggal 20 Mei 2024
DOC,
PROMKES RSMH
Komentar
Posting Komentar