TIPS BEROLAHRAGA BAGI PENDERITA HIPERTENSI

 

TIPS BEROLAHRAGA BAGI PENDERITA HIPERTENSI

Narasumber : Ardiansyah, SKM, MM, ( RSMH Palembang)

 


Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang dibagi atas tiga tingkatan yaitu pre-hipertensi, hipertensi derajat satu dan hipertensi derajat dua. Hipertensi dijuluki juga sebagai silent killer kare na hamper sebagian besar tidak diketahui penyebab terjadinya, dimana gejala yang timbul bervariasi  pada tiap individu dan gejala ini mirip dengan gejala penyakit lainnya. Gejala hipertensi ini seperti: rasa berat ditengkuk, sakit kepala, jantung berdebar-debar, penglihatan kabur, telinga berdenging, mudah lelah, vertigo, dan mimisan (Amir, et.al, 2022)

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur > 18 tahun semakin meningkat. Penderita hipertensi yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah hanya seperlima dari seluruh penderita di dunia. Pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan mengontrol faktor risiko, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan sehat, mengurangi takaran garam pada makanan, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, mengontrol stress, dan melakukan aktivitas fisik (Siswati, et.al, 2021)

Faktor resiko hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, konsumsi minuman berkafein >1 kali per hari, kurang aktivitas fisik dan obesitas (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani seseorang. Salah satu aktivitas fisik yang baik untuk meningkatkan kebugaran jasmani adalah berolahraga. Seseorang yang tidak memiliki kebiasaan olahraga kecenderungan 30-50% terkena hipertensi (Armilawati, 2009 dalam Christina 2019).

Bagi penderita hipertensi faktor yang harus diperhatikan adalah tingginya tekanan  darah. Semakin tinggi tekanan darah semakin keras kerja jantung, sebab untuk mengalirkan darah saat jantung memompa maka jantung harus mengeluarkan tenaga sesuai dengan tingginya tekanan tersebut. Jantung apabila tidak mampu memompa dengan tekanan setinggi itu, berarti jantung akan gagal memompa darah. Latihan olahraga dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada usia tengah baya yang sehat dan juga mereka yang mempunyai tekanan darah tinggi ringan. Latihan olahraga tidak secara signifikan menurunkan tensi pada penderita yang mengalami hipertensi berat, tetapi paling tidak olahraga membuat seseorang menjadi lebih santai.

Beberapa pedoman di bawah ini perlu dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain;

a.       Penderita hipertensi dikontrol tanpa atau dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan diastolik tidak melebihi 100 mmHg.

b.      Sebelum berolahraga, perlu mendapatkan informasi mengenai penyebab hipertensinya. Selain itu, kondisi organ tubuh yang akan terpengaruh oleh penyakit tersebut seperti: keadaan jantung, keadaan ginjal, keadaan mata (untuk mengetahui derajat hipertensi), serta pemeriksaan laboratorium darah maupun urin. Kondisi organ tersebut akan mempengaruhi keberhasilan olahraga yang dilakukan.

c.       Penderita hipertensi sebelum latihan, sebaiknya melakukan Uji Latih Jantung terlebih dahulu dengan beban (treadmill/ ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan darah dan perubahan aktifitas listrik jantung (EKG) serta menilai tingkat kapasitas fisik. Berdasarkan hasil Uji Latih Jantung, dosis latihan dapat diberikan secara akurat.

d.      Pada saat Uji Latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap diteruskan, sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan beban. Obat yang diberikan apakah sudah tepat artinya tekanan darah berada dalam lingkup ukuran normal atau masih menunjukkan reaksi hipertensi ketika diberikan tes pembebanan. Dokter  akan berusaha mengatur kembali dosis obat apabila belum tepat.

e.       Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan (endurance) dan tidak boleh menambah peningkatan tekanan (pressure). Olahraga yang tepat adalah jalan kaki, bersepeda, senam dan berenang atau olahraga aerobik.

f.        Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan, karena dapat memacu emosi, sehingga mempercepat peningkatan tekanan darah.

g.      Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan seperti angkat berat, karena menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak dan melonjak.

h.      Tekanan darah secara teratur diperiksa sebelum dan sesudah latihan

i.        Bagi penderita hipertensi ringan (tensi 160/ 95 mmHg tanpa obat), maka olahraga disertai pengaturan makan (mengurangi konsumsi garam) dan penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah sampai tingkat normal 140/ 80 mmHg.

j.        Penderita hipertensi umumnya berhubungan dengan beban emosi (stress). Oleh karena itu disamping olahraga yang bersifat fisik, olahraga pengendalian emosi seperti: meditasi, dzikir dan beribadah sesuai agama masing-masing sangat penting dilakukan.

k.      Hasil latihan jika menunjukkan penurunan tekanan darah, maka dosis obat yang diberikan sebaiknya dikurangi (penyesuaian).

(Dede Kusmana, 2002: 112-115 dalam Prasetyo, ____)

 

Referensi

Amir, et.al. 2022, Studi Literature: Cara Menurunkan Hipertensi Dengan Latihan Fisik, Malahayati Nursing Journal, ISSN CETAK: 2655-2728 ISSN ONLINE: 2655-4712

Siswati, et.al, 2021, Senam Hipertensi Sebagai Upaya Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi, Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. VI No. II Tahun 2021| 46 – 50

Christina, 2019, Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia Produktif Di Puskesmas Bergas, Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo, Ungaran

Prasetyo, ____, Olahraga Bagi Penderita Hipertensi, https://staffnew.uny.ac.id/upload/132308484/penelitian/Olahraga_Bagi_Penderita_Hipertensi.pdf, diakses tanggal 17 Mei 2024

Sumber Gambar : https://www.halodoc.com/artikel/rutin-berolahraga-bisa-mencegah-terjadinya-hipertensi, diakses tanggal 20 Mei 2024

DOC, PROMKES RSMH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh pengharum ruangan bagi kesehatan

Tren Pacaran Remaja, Gaya dan Dinamika Hubungan di Era Digital

TERMINAL LUCIDITY, FENOMENA PASIEN MEMBAIK SEBELUM MENINGGAL