Kenali anak dengan syndrome down
Kenali anak dengan syndrome down
Narasumber : Novita
Agustina, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A ( RSMH Palembang)
Adanya trisomi di pasangan kromosom nomor 21 pada manusia menyebabkan kelainan perkembangan yang dikenal sebagai down syndrome. Sebagaimana dilaporkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dalam masa embrio, kelainan genetika yang dikenal sebagai Sindrom Down terjadi pada manusia. Ini terjadi karena kesalahan pembelahan sel yang disebut nondisjunction embrio, yang harusnya melahirkan dua salinan kromosom 21 tetapi malah menghasilkan tiga kromosom 21 yang menyebabkan bayi memiliki 47 kromosom, biasanya hanya 46 kromosom 10. John Langdon Down adalah orang pertama yang mengidentifikasi sindrom kelainian down di tahun 1866, tetapi kondisi ini mungkin sudah ada jauh sebelum tahun itu dan bahkan mungkin sudah ada di abad ke-7. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia lebih dari 35 tahun sering mengalami ketidakselarasan.
Berdasarkan
patogenesisnya, Sindrom Down dibagi menjadi tiga jenis:
· Gagal memisah. Gagal memisah
terjadi dengan frekuensi tertinggi sebesar 95% selama proses pembelahan meiosis
darioosit primer.
· Translokasi: Ini memiliki
frekuensi kemunculan 4% dan terjadi melalui mekanisme translokasi Robertsonian,
di mana seluruh atau sebagian dari kromosom ekstra nomor 21 bergabung dengan
kromosom 14.
· Mosaik: Ini adalah campuran
antara sel diploid normal dan trisomi 21. Gagalnya kromosom untuk terpisah
selama pembelahan mitosis pada awal embriogenesis adalah mekanisme mosaik.
Salah satu penyebab tunagrahita atau kemampuan intlektual
di bawah rata-rata adalah kelainan down syndrome. Tiga kategori tuna grahita
berbeda:
1. Tuna
grahita ringan masih dapat berbicara dengan baik, tetapi memiliki kesulitan
dengan perbendaharaan kata karena sedikit sulit untuk berfikir abstrak. Mereka
masih dapat mengikuti pelajaran di sekolah biasa maupun khusus.
2. Tuna
grahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran akademik, perkembangan
bahasa mereka lebih lambat dibandingkan dengan tuna grahita ringan, dan mereka
tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Ketika mereka dewasa, mereka kurang
cerdas dan baru mencapai kecerdasan setara anak usia 7 hingga 8 tahun.
3. Berat.
Sepanjang hidup mereka, mereka akan selalu bergantung pada orang lain, dan
mereka harus selalu meminta bantuan orang lain untuk tugas sehari-hari seperti
makan, mandi, dan berpakaian.
Penyebab Sindrom Down
Faktor-faktor yang berbeda dapat
menyebabkan kelahiran anak dengan kelainan down syndrome, salah satunya adalah
usia melahirkan seorang ibu yang terlalu tua, yaitu di usia 35 hingga 40 tahun
ke atas. Usia ibu yang lebih tua meningkatkan kemungkinan melahirkan anak
dengan kelainan down syndrome.
a.
Faktor
Biologis.
kondisi pada manusia yang disebabkan oleh
penyimpangan kromosom yang dikenal sebagai trisomi 21. Kromosom ini terbentuk
ketika dua kromosom tidak dapat terpisah saat terjadi pembelahan. Penyimpangan
kromosom saat konsepsi juga dapat menyebabkan down syndrom. Struktur muka,
ketidakmampuan fisik, dan waktu hidup yang singkat adalah ciri khas bentuk ini.
b.
Faktor Hereditas
dan Cultural Family
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki ibu dengan IQ di bawah 80 memiliki IQ yang lebih rendah saat memasuki sekolah. Antara 1 dan 2 persen dari populasi yang memiliki retardasi mental akan menghasilkan 36 persen generasi berikutnya yang memiliki retardasi mental. Sementara populasi umum, 98-99 persen, akan menghasilkan 64% anak yang memiliki retardasi mental.
Ciri-Ciri Sindrom Down
Penderita dengan tanda khas sangat mudah
dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa:
·
Penampilan fisik
yang menonjol dari penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali, termasuk
bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
anteroposterior kepala yang mendatar, dan sela hidung yang datar, mulut yang
mengecil, dan lidah yang menonjol keluar di bagian wajah. Hidungnya lebar dan
datar, wajahnya membulat, lehernya pendek, kedua lubang hidungnya lebar, lidah
sedikit lebih besar daripada mulutnya, dan mata seringkali menjadi sipit dengan
sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Telinga kecil dan
pendengaran rendah;
· Tanda klinis lainnya termasuk
tangan yang pendek, termasuk ruas jari, dan jarak antara jari pertama dan kedua
di kaki dan tangan. Tangan memiliki satu garis lurus pada telapak tangan atau
(simian crease). Tingginya relatif pendek, dengan kepala yang kecil dan hidung
yang datar, yang menyerupai orang Mongolia, sehingga sering disebut sebagai
Mongoloid. Biasanya, lapisan kulit terlihat keriput, atau dermatoglyphics.
Penyakit
jantung kongenital, defisiensi hormon pertumbuhan, penyakit tiroid, kegemukan,
gangguan kesehatan mulut, leukemia, gangguan pendengaran, tonsilitis kronik,
gangguan perkembangan bahasa, bicara, kecerdasan, dan masalah kesehatan lainnya
adalah masalah kesehatan yang seringkali disertakan dengan sindrom Down.
Anak-anak
dengan down syndrome mengalami defisit belajar dan perkembangan yang berbeda.
Dengan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik, sebagian besar anak dengan
down syndrome dapat belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas-tugas
aritmatika dasar.
Referensi:
Bintoro, T., Riana Bagaskorowati, & Murni
Winarsih. (2022). Hidden of human potentials of children with down syndrome
(DS) based on response to intervention. Journal of Education Research and
Evaluation, 6(2), 246–254. https://doi.org/10.23887/jere.v6i2.48417
Hafsah, A. (2020). Penyakit
sindrom down (down syndrome). Jorunal Down Syndrome, 1(June),
1–8. Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/342179725
Maritska, Z., Abdurrahman, F.,
Prananjaya, B. A., Parisa, N., Syifa, S., & Triwani, T. (2018). Down
syndrome : Through the eyes of the parents. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 5(3),
138–142. https://doi.org/10.32539/jkk.v5i3.6316
Metavia, H. M., & Widyana,
R. (2022). Pengaruh Down syndrome terhadap perkembangan akademik anak di
Indonesia. Jurnal Wacana Kesehatan, 7(2), 54.
https://doi.org/10.52822/jwk.v7i1.403
Sumber gambar: Hafsah, A. (2020). Penyakit sindrom down (down
syndrome). Jorunal Down Syndrome, 1(June), 1–8. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/342179725
DOC,
PROMKES RSMH
Komentar
Posting Komentar