Efektivitas Intervensi Kelompok CBT Dalam Mengurangi Kecemasan Pada Lansia
Efektivitas Intervensi Kelompok CBT Dalam Mengurangi Kecemasan Pada Lansia
Narasumber : Nyimas Sri Wahyuni, S.Kep,
Ners, M.Kep, Sp.Kep.A ( RSMH Palembang)
Intervensi
kognitif perilaku kelompok, setiap anggota kelompok dapat menggunakan teknik
yang dipelajari dalam kelompok untuk berpikir lebih realistis, mengenali
perasaan cemas, mendapatkan masukan dari anggota kelompok dalam menyelesaikan
masalah, mendapat dukungan sosial, dan yang paling penting, mereka tidak merasa
sendirian saat menghadapi kecemasan atau depresi. Para peserta dalam penelitian
ini melaporkan perasaan yang lebih baik setelah mengikuti 10 sesi pertemuan
dengan terapis.
Wetherel,
Lenze dan Stanley (2015) juga melakukan penelitian intervensi kelompok kognitif
perilaku. Temuan penelitian menunjukkan bahwa terapi kognitif perilaku kelompok
memberikan efek positif dalam mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Therapi
yang dilakukan oleh Wetheral dkk terbukti memiliki tingkat efektifitas yang
bervariasi antara 0,06 hingga 0,62. Di samping itu, terapi kognitif perilaku
terbukti lebih efektif dalam mengurangi kecemasan daripada diskusi kelompok
atau kelompok yang diberi waktu untuk menunggu sebelum mendapatkan intervensi.
Efektivitas terapi kelompok ini juga dapat dinilai dari perspektif penghematan
biaya dan waktu yang efektif dalam mengurangi gejala kecemasan.
Teknik-teknik yang digunakan dalam Intervensi Kelompok CBT
Dalam intervensi multikomponen CBT, berbagai teknik digunakan untuk membantu
pasien. Tujuannya adalah agar para peserta dapat belajar dari pengalaman orang
lain dan merasa didukung dalam menghadapi masalah. Peserta juga bisa
mempelajari cara untuk menjadi lebih terbuka, menyadari keluhan yang dirasakan,
dan menerima dirinya atau keadaannya saat ini.
Relaksasi adalah proses melepaskan ketegangan dan merilekskan tubuh dan
pikiran. Ini adalah cara yang efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan. Dengan melakukan relaksasi secara teratur,
seseorang dapat merasakan manfaat fisik dan mental yang positif. Ini dapat
dilakukan melalui berbagai teknik seperti meditasi, pernapasan dalam, dan
senam. Penting untuk mengintegrasikan relaksasi ke dalam rutinitas harian untuk
memastikan keseimbangan dan kedamaian dalam hidup.
Teknik relaksasi pernafasan melibatkan seseorang menarik nafas secara alami untuk menciptakan kondisi rileks. Untuk melakukan relaksasi pernafasan, tariklah nafas perlahan-lahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut. Terus-menerus melakukan relaksasi pernafasan dapat mengurangi tingkat kecemasan, stres, ketegangan, dan kemarahan (Lee et al., 2017).
Relaksasi progresif awalnya diciptakan untuk mengurangi kecemasan dengan mengajarkan teknik merelaksasi otot-otot. Relaksasi progresif adalah proses menegangkan sekelompok otot di atas batas normal kemudian melepaskan ketegangan itu secara perlahan. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mengurangi ketegangan otot dan kemudian menurunkan rangsangan psikologis yang dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang. Menurunkan kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan psikologis dapat terbantu melalui pelemasan otot-otot ini.
Kuumpulan otot yang perlu ditegangkan dan dirilekskan sebaiknya berkurang
setiap kali.
Diharapkan klien dapat mengelola ketegangan dengan instruksi untuk rileks.
Ada sembilan kumpulan otot yang dilatih dalam latihan ini. Di bawah ini
terdapat koleksi otot-otot berdasarkan petunjuk latihan relaksasi Soewondo
Psikoedukasi merujuk pada pendekatan yang menggunakan pendidikan dan teknik-teknik psikologi untuk membantu individu mengatasi masalah emosional dan mental. Metode ini memberikan pendidikan kepada individu tentang kesehatan mental dan emosional, serta memberikan keterampilan dan strategi untuk mengelola stres, kecemasan, dan masalah psikologis lainnya.
Psikoedukasi
dapat dilakukan dalam berbagai setting, termasuk dalam konseling individu,
kelompok, atau dalam program-program pendidikan kesehatan mental. Tujuannya
adalah untuk memberdayakan individu agar mampu mengambil alih kendali atas
kesehatan mental dan emosional mereka sendiri.
Psikoedukasi is an effective technique that can be used in community or
clinical settings. Psikoedukasi sendiri adalah teknik yang dapat diterapkan
pada berbagai jenis gangguan dan situasi yang dapat mengubah kehidupan seseorang.
Penerapan teknik psikoedukasi bertujuan untuk membantu mengatasi kesulitan
dalam memahami dan mengelola informasi yang kompleks dan penuh dengan emosi,
serta untuk mengembangkan strategi untuk menggunakan informasi secara aktif.
Dia mengasumsikan bahwa ketika seseorang menentang perubahan besar dalam
hidupnya atau mengidap penyakit, keberfungsian dan fokusnya secara alami akan
terganggu.
Karena itu, psikoedukasi dianggap penting untuk disertakan dalam intervensi
ini.
Sumber
Gambar: https://img.harianjogja.com/
Referensi:
Folger, J. & Edward, S. (2013). Using cognitive behavioral therapy group to treat depression and anxiety in older adults. Journal of the American Geriatrics Society. 29-32. Retrieved from http://www.clinicalgeriatrics.com/ article/3444?page=0,0
Hammond, D. C. (2015). Neurofeedback with anxiety and affective disorder.
Child adolese psychiatric clinic. Vol 14. 105-123
Indriasari,
N. (2016). Manajemen stress dengan
pendekatan kognitif perilaku pada wanita dengan kanker payudara
pasca-pengobatan. Tesis. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Kelly, H. (2018). Cognitive behavior therapy treatment approach: Group therapy vs indicidual therapy. Mental Healt CATs. Paper 7. http://commons.pacificu.edu/ otmh/7
Kelly, W. E. (2016). Examining the relationship between worry and trait anxiety:
College Student Journal. Vol 38.
DOC,
PROMKES RSMH
Komentar
Posting Komentar