Hati-hati Kebiasaan Minum Teh Setelah Makan
Hati-hati Kebiasaan Minum Teh Setelah Makan
Narasumber : Novita Agustina, S.Kep,
Ns, M.Kep, Sp.Kep. A (RSMH Palembang)
Orang Memegang Cangkir Teh
Tahukah
Anda bahwa salah satu masalah gizi yang masih terjadi di Indonesia adalah
anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah penyakit dimana jumlah sel darah
merah dan suplai oksigen tidak mencukupi. Penyebab anemia adalah kekurangan zat besi.
Status
zat besi dalam tubuh mempengaruhi efisiensi penyerapan zat besi. Semakin besar
jumlah zat besi yang dibutuhkan, maka semakin banyak pula zat besi yang
diserap. Ketersediaan zat besi (Fe) dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh zat
besi inhibitor dan zat peningkat zat besi. Peningkat Fe merupakan zat yang
dapat memperlancar penyerapan zat besi (Fe). Sedangkan inhibitor Fe merupakan
senyawa yang mampu menghambat penyerapan zat besi. Salah satu penghambat zat
besi adalah tannin.
Tannin
bisa ditemukan, termasuk salah satunya pada teh. Fermentasi meningkatkan
kandungan tannin pada teh. Semakin banyak tanin yang terkandung dalam teh,
semakin banyak tannin yang larut dalam minuman, sehingga menghasilkan warna
minuman yang lebih gelap, rasa yang
lebih tajam, dan rasa yang lebih kuat. Asupan tannin harian maksimum dalam makanan
adalah 560 mg/kg. Satu cangkir teh (220 ml) mengandung sekitar 195
mg/100 g tannin.
Kebiasaan
meminum es teh setelah makan memang sangat digemari semua orang. Meski teh
mengandung lebih sedikit kafein
dibandingkan kopi, namun jika dikonsumsi
terus menerus dan berlebihan akan
menimbulkan efek samping yang buruk. Di
Indonesia, jika kita pergi ke restoran pastinya kita akan disuguhi minuman
gratis yaitu teh biasa, dimanapun kita berada.
Dampak pertama yang ditimbulkan adalah anemia.
Tannin
pada teh dapat mengikat zat besi pada makanan, apalagi jika teh diminum bersama
makanan, otomatis akan mengganggu penyerapan zat besi oleh tubuh, dimana tubuh
membutuhkan zat besi untuk memproduksi sel darah merah, dimana tubuh
membutuhkan zat besi untuk memproduksi sel darah merah. memiliki sel darah
merah ini. Di dalam sel terdapat hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru
ke seluruh tubuh. Jadi otomatis jika
seseorang mengkonsumsi teh secara berlebihan
akan menyebabkan anemia alias anemia, dengan gejala seperti 5 L (lesu, lelah, lemas,
lalai).
Sebuah
penelitian dilakukan dengan
membandingkan penyerapan zat besi pada orang yang makan dan minum air putih dan
pada mereka yang makan dan minum teh. Hasilnya, penyerapan zat besi pada
peminum air sebesar 22,1%, sedangkan
penyerapan zat besi pada peminum teh sebesar 6,9%. Artinya teh mampu menurunkan
penyerapan zat besi hingga 70%. Studi lain menunjukkan bahwa teh hitam
merupakan penghambat penyerapan zat besi terkuat dibandingkan teh lainnya.
Hasil
analisis dari 9 ulasan menemukan adanya hubungan antara konsumsi teh dengan
kejadian anemia pada remaja, dan 3 ulasan tersebut menemukan bahwa remaja yang
minum teh memiliki peningkatan risiko terkena penyakit tersebut.Anemia 1/3 kali
lebih tinggi dibandingkan remaja yang minum teh. pada peminum teh. Dia. jangan
minum teh. Remaja yang lebih sering minum teh memiliki risiko lebih tinggi
terkena anemia dibandingkan remaja yang jarang atau tidak minum teh. Dari
penjelasan di atas kita mengetahui
bahwa hubungan teh dengan anemia adalah
BENAR.
Dampak kedua berkaitan dengan gangguan pencernaan.
Kafein dalam teh dapat meningkatkan asam lambung,
mengiritasi saluran pencernaan, dan menyebabkan
mual, mulas, dan diare jika diminum saat perut kosong.
Dampak terakhir adalah diabetes.
Minum
teh alami mempunyai efek yang baik bagi
kesehatan namun jika dikonsumsi berlebihan, tambahan gula dan susu tinggi lemak
akan menyebabkan peningkatan gula darah
(diabetes).
Meski
begitu, remaja tetap bisa meminum teh sebanyak 2 cangkir atau sekitar 440ml
dengan air teh murni. Peerbanyak
mengkonsumsi minuman air jeruk yang mengandung vitamin C karena bisa mengikat
zat besi.
Referensi:
·
Adriani, M. and Wirjatmadi, B.
(2016) Peranan gizi dalam siklus kehidupan. 3rd edn. Jakarta: Prenadamedia
Group.
·
Dumilah, P. R. A. and Sumarmi,
S. (2017) Hubungan anemia dengan prestasi belajar siswi di SMP unggulan Bina Insani’,
Amerta Nutrition, 1(4), p. 331. doi: 10.20473/amnt.v1i4.7140.
·
Kartik, S. et al. (2019)
‘Health effects , sources, utilization and safety of tannins : a critical
review Kartik Sharma , Vikas Kumar , Jaspreet Kaur, Beenu Tanwar ,Ankit Goyal
’, Toxin Reviews. Taylor & Francis, 0(0) pp. 1–13.
doi:10.1080/15569543.2019.1662813.
·
Listiana, A. (2016) ‘Analisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi besi pada remaja putri
di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah’, Jurnal Kesehatan, 7(3), p. 455.
doi: 10.26630/jk.v7i3.230.
·
Sumber
gambar: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-memegang-cangkir-teh-keramik-putih-dengan-cairan-coklat-3750665/
DOC,
PROMKES, RSMH
Komentar
Posting Komentar