Asuhan Keperawatan Bayi Hiperbilirubinemia
Asuhan
Keperawatan Bayi Hiperbilirubinemia
Narasumber : Nyimas Sri Wahyuni, S.Kep, Ners,
M.Kep, Sp.Kep.A (RSMH Palembang)
Asuhan keperawatan untuk bayi hiperbilirubinemia mencakup
melakukan penilaian neonatal menyeluruh untuk mengevaluasi kesehatan secara
keseluruhan dan mengidentifikasi kekhawatiran tambahan yang terkait dengan
hiperbilirubinemia. Perawat harus siap untuk menilai dan berpartisipasi dalam
pengobatan hiperbilirubinemia pada neonatus. Nilai total bilirubin serum yang
meningkat dengan cepat, penyakit kuning yang berkepanjangan melebihi empat
belas hari pada bayi cukup bulan dan 21 hari pada bayi prematur merupakan
indikasi penyebab patologis hiperbilirubinemia. Penyebab patologis paling umum
dari hiperbilirubinemia tidak langsung termasuk Ikterus Neonatal.
Penyakit kuning
fisiologis tidak memerlukan pengobatan khusus, selain minum cukup cairan dan
kalori sesegera mungkin. Memberi anak air putih sesegera mungkin akan
meningkatkan motilitas usus dan juga menyebabkan bakteri masuk ke dalam usus.
Bakteri dapat langsung mengubah bilirubin menjadi urobilin, yang tidak dapat
diserap kembali. Akibatnya kadar bilirubin serum akan menurun. Jemur anak di
bawah sinar matahari selama 15 hingga 20 menit, hal ini dilakukan setiap hari
pada pukul 06.30 hingga 08.00. Meskipun penyakit kuning masih terlihat, perawat
harus hati-hati memberikan cairan dan kalori serta memantau perkembangan
penyakit kuning. Jika penyakit kuning terus memburuk, hal ini harus segera
diperhatikan dan dilaporkan karena mungkin memerlukan perawatan khusus.
(Surasmi, dkk, 2009)
Intervensi keperawatan pada hiperbilirubinemia bertujuan untuk menurunkan
kadar bilirubin dalam darah bayi. Salah satu intervensi yang paling efektif
adalah mendorong pemberian makanan yang sering dan cukup. Menyusui atau memberi
susu formula membantu melancarkan buang air besar dan ekskresi bilirubin.
Fototerapi adalah intervensi lain yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar
bilirubin. Ini melibatkan pemaparan kulit bayi pada jenis cahaya khusus yang
membantu memecah bilirubin. Dalam kasus yang parah, transfusi tukar mungkin
diperlukan. Ini melibatkan penggantian darah bayi dengan darah donor untuk
menghilangkan kelebihan bilirubin.
Perawatan kolaboratif untuk hiperbilirubinemia melibatkan kerja sama yang
erat dengan tim layanan kesehatan untuk memastikan diagnosis dan penanganan
kondisi yang cepat. Komunikasi dengan dokter bayi mengenai rencana dan kemajuan
pengobatan sangat penting untuk memastikan bayi menerima perawatan yang tepat.
Rujukan ke profesional kesehatan yang tepat seperti ahli neonatologi atau
dokter anak mungkin juga diperlukan untuk evaluasi dan penatalaksanaan lebih
lanjut.
Penatalaksanaan keperawatan pada klien
hiperbillirubin adalah sebagai berikut :
a. Jika terdapat risiko tinggi cedera
akibat efek peningkatan kadar bilirubin, intervensi yang dapat dilakukan adalah
menilai dan memantau efek perubahan kadar bilirubin, seperti penyakit kuning,
konsentrasi urin, lesu, disfagia, refleks moro, tremor, mudah tersinggung,
pantau hemoglobin dan hematokrit, dan catat penurunannya.
b. Lakukan fototerapi dengan pengaturan
waktu sesuai prosedur.Fototerapi adalah praktik pemberian terapi cahaya dengan
menggunakan lampu. Lampu tidak boleh digunakan lebih dari 500 jam untuk
menghindari berkurangnya energi yang dihasilkan oleh lampu.
c. Transfusi tukar merupakan metode yang dilakukan untuk mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Transfusi tukar dilakukan jika kadar bilirubin tidak langsung 20 mg%, kadar bilirubin yang meningkat pesat 0,3 hingga 1 mg%, dan tes Coombsdirect positif.
Kesimpulannya, asuhan keperawatan untuk hiperbilirubinemia sangat penting
dalam memastikan pengelolaan kondisi yang aman dan efektif. Penilaian dan
pemantauan kondisi bayi, intervensi keperawatan untuk menurunkan kadar
bilirubin, dan perawatan kolaboratif dengan tim layanan kesehatan merupakan
komponen penting dalam asuhan keperawatan untuk hiperbilirubinemia. Dengan
memberikan perawatan yang komprehensif dan penuh kasih sayang, perawat dapat
membantu memastikan hasil terbaik bagi bayi dengan hiperbilirubinemia.
Sumber gambar: Dokumen pribadi
Daftar Referensi:
Hutagalung, (2018).
Hiperbillirubin. Diakses pada tanggal 20 Januari 2015, http://takiya 10 blogspot.com/
Kumar,
P., dkk, (2019, february). Light-emitting diodes versus compct
fluorescent tubes for phototerapy in neonatal jaundice: A mlti-center
randomized controlled trial. Indian Pediatrics, 47. 131-137
Maisels, M. J & McDonagh A. F, (2018). Phototerapy for Neonatal Joundice. The New England Journal of Medicine, 358 (9), 920-928. www.nejm.org.
Moeslichan, Surjono,
A., Suradi R R., Rahardjani, K. B,. Usman A., Rinawati, et al., (2019). Tatalaksana
Ikterus Neonatorum. http://yanmedikdepkes. Net/hta/Hasil%20kajian%20HTA/2009/Tatalaksana%20Neonatorum. Doc. Diperoleh 28 Januari 2019
Shinta P, (2017). Pengaruh Perubahan
Posisi Tidur Pada Bayi Baru Lahir Hiperbillirubinemia Dengan Fototerapi Terhadap
Kadar Billirubin Total. Ejurnal.stikerborromeus.ac.id
Stokowski L A., (2016). Fundamentals of phototerapy for neonatal jaundice. Advances in Neonatal
Care, 11 (5S): S10-S21.
www.advancesinneonatalcare.org
DOC, PROMKES,RSMH
Komentar
Posting Komentar