Kompetensi Perawat Gawat Darurat

 

Kompetensi Perawat Gawat Darurat

Narasumber : Nyimas Sri Wahyuni, S.Kep, Ners, M.Kep,Sp.Kep.A ( RSMH Palembang)

 

Layanan manusia dan rumah sakit memerlukan perhatian khusus, termasuk perawat. Perawat merupakan salah satu jasa yang berperan penting dalam melaksanakan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat mendukung dan membantu pasien mendapatkan pelayanan kesehatan (Ardiyani,2015). Salah satu departemen pusat rumah sakit adalah IGD (Departemen Darurat).



Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah bagian dari rumah sakit yang memberikan pertolongan pertama kepada pasien dengan penyakit dan cedera, yang dapat mengancam jiwa mereka. di ruang gawat darurat Anda dapat melihat dokter dari berbagai spesialisasi dan banyak perawat dan asisten medis. Unit gawat darurat dapat menyediakan layanan darurat untuk orang dengan penyakit serius dan keadaan darurat, serta menyediakan layanan darurat 24 jam (Astuti,2016). Ruang gawat darurat dikelola oleh dokter dengan pelatihan darurat, didukung oleh staf medis, termasuk petugas kesehatan, paramedis dan non-spesialis. Dokter yang ditunjuk sebagai kepala departemen/departemen gawat darurat adalah penanggung jawab pekerjaan di ruang gawat darurat dan perawat ditunjuk sebagai kepala perawat di departemen/departemen darurat (Atmojo,2019). Unit gawat darurat merupakan tulang punggung rumah sakit yang menyediakan layanan gawat darurat dan berperan penting dalam mencegah kematian dan kecacatan. Menurut Suprayantoro (2011), kematian dan kecacatan pasien dapat dicegah melalui berbagai upaya peningkatan di bidang pelayanan kesehatan, termasuk peningkatan pelayanan kegawatdaruratan. Kegagalan untuk mengurus keadaan darurat seringkali disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan risiko yang terlibat.

            Keterlambatan intervensi, kurangnya sumber daya yang memadai, dan pengetahuan serta keterampilan petugas kesehatan, penyedia layanan kesehatan, dan pasien untuk mengenali situasi berbahaya pada waktunya, masalah di unit gawat darurat, dan situasi keuangan yang melimpah (Fatriani,2020).

Departemen Gawat Darurat (IGD) membutuhkan perawat yang berkualitas dan terlatih untuk memberikan layanan medis kepada pasien. Perawat ruang gawat darurat berbeda dengan perawat bangsal. Tingkat pekerjaan dan pengetahuan perawat gawat darurat lebih kompleks daripada perawat yang bekerja di departemen. Perawat bangsal hanya merawat satu kelompok pasien yang dirawat di bangsal yang menjadi tanggung jawabnya, pasien yang dirawat di bangsal tersebut adalah pasien yang dapat ditolong dan kondisinya belum mencapai kondisi kritis, demikian perawat. orang yang bekerja tidak stres karena beban kerja mereka. Sementara itu, perawat gawat darurat harus memiliki keterampilan dalam keperawatan dan keperawatan gawat darurat (Ayu,2019). Perawat IGD adalah perawat yang bekerja di area staf dan dipersiapkan untuk menerima dan merawat orang dengan kondisi yang memerlukan perawatan segera, termasuk penyakit berat dan trauma (Gustia,2018). Ciri perawat UGD adalah perawat harus siap secara fisik dan mental untuk menangani pasien jika ada pasien yang datang dalam situasi yang berbeda, baik darurat maupun situasi lainnya, perawat.

            Unit gawat darurat harus siap menghadapi situasi darurat dan merespon dengan cepat situasi darurat dan merespon dengan cepat perubahan kondisi pasien. Ditambahkan Hariyatun (dalam Utomo, 2009) yang mengatakan bahwa perawat UGD harus cepat tanggap dalam menangani pasien gawat darurat seperti bencana, gawat darurat, pertolongan medis segera dan lain-lain.

Triase adalah praktik yang harus dilakukan oleh perawat ruang gawat darurat (UGD) untuk mengurangi jumlah kunjungan pasien ke ruang gawat darurat, yang dapat menyebabkan waktu tunggu pasien dan keterlambatan dalam perawatan darurat. Triase adalah proses mengklasifikasikan pasien menurut jenis dan tingkat keparahan kondisinya dengan mempertimbangkan sumber daya, sumber daya manusia dan kemungkinan penderitaan.

Perawat ruang gawat darurat bertanggung jawab untuk menentukan perawatan pasien yang paling penting. Kualitas dan jumlah pasien, keterampilan keperawatan, ketersediaan peralatan dan fasilitas dapat menentukan pengaturan yang diperlukan. Manajemen perawatan kritis adalah proses kompleks yang membutuhkan perencanaan dan persiapan yang signifikan. Saat ini, alat prognostik yang diperlukan untuk mengembangkan sistem pendukung keputusan yang efektif (protokol triase) dan sumber daya, prosedur, perlindungan hukum, dan pelatihan sebagian besar masih kurang di banyak yurisdiksi. Oleh karena itu, triase dan perawatan intensif adalah suatu keharusan

 terakhir pergi setelah proses perawatan lonjakan pasien yang kritis.

 

Sumber Gambar: https://rsmh.co.id/assets/images/pelayanan/IGD_RSMH1.jpg

 

Referensi:

Ardiyani, V.M., Andri, M.T., dan Eko, R. 2015. Analisis Peran Perawat Triase Terhadap Waiting Time dan Length of Stay Pada Ruang Triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dr.Saiful Anwar Malang. Jurnal CARE 3 (1): 39- 50.

Astuti, E. 2016. Kebijakan Standar Layanan dan Fasilitas IGD. Pelatihan Triase Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Optimalisasi Pelaksanaan Triase Keperawatan Gawat Darurat Sebagai Upaya Efisiensi dan Efektifitas Pelayanan Pasien di IGD Untuk Mendukung Pelayanan yang Berkualitas Serta Menunjang Akreditasi KARS-JCI. 13-15 Mei 2016. Yogyakarta.

Atmojo, J. T., Widiyanto, A. and Yuniarti, T. (2019) ‘Reliabilitas Sistem Triase Dalam Pelayanan Gawat Darurat : A Review’. Jurnal Keperawatan Intan Husada. 7(2)

Ayu Br Depari. (2019). Gambaran Pelaksanaan Triase Oleh Perawat Pada Pasien Di Ruang IGD RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2019. DSpace Repository. http://poltekkes.aplikasi-akademik.com/xmlui/handle/123456789/2159 Australian College For Emergency Medicine (2016) ‘Guidelines on the Implementation of the ATS in Emergency Departments’, pp. 1–8.

Dewi, R. (2016). Penilaian Kesadaran pada Anak Sakit Kritis: Glasgow Coma Scale atau Full Outline of Un Responsiveness score. Sari Pediatri, 17(5), 401. https://doi.org/10.14238/sp17.5.2016.401-406.

Fatriani, et Al. (2020). Efektifitas Ketepatan Triage Trauma Terhadap Aktivasi Kode Trauma Pada Pasien Trauma Kategori Merah Di Instalasi Gawat Darurat: Literatur Review. JKEP: Vol 5, No 1, Mei 2020. https://www.issn.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1409043343&1&&.

Gustia, M., & Manurung, M. (2018). Hubungan ketepatan penilaian triase dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien cedera kepala di IGD RSU HKBP Balige Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Jumantik, 3(2), 98–114.

Hamarno, Rudi. (2016). Buku Keperawatan Kedaruratan & Manajemen Bencana. Jakarta: Kemenkes RI.

 

DOC, PROMKES, RSMH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh pengharum ruangan bagi kesehatan

Tren Pacaran Remaja, Gaya dan Dinamika Hubungan di Era Digital

TERMINAL LUCIDITY, FENOMENA PASIEN MEMBAIK SEBELUM MENINGGAL