Tahapan Kognitif Anak

 Tahapan Kognitif Anak

Narasumber : Nyimas Sri Wahyuni, Ners, M.Kep, Sp.Kep.A ( RSMH Palembang)

 

Tahapan tumbuh kembang anak dalam bagian dari perkembangan kognitif perlu menjadi perhatian. Piaget mengemukakan bahwa tahap kognitif anak berkembang melalui tahapan dengan aktivitas asimilasi, regulasi, dan keseimbangan (Fatkhan, 2018). Setiap tahap adalah periode di mana persepsi dan perilaku anak mencerminkan jenis struktur mental tertentu. Dia membagi tahapan ini menjadi empat kategori, yaitu, fase motorik sensorik, pra operasi, fase aktif spesifik, dan prosedur pengoperasian. Asimilasi adalah aktivitas di mana anak membaurka pengetahuan baru menjadi kesatuan yang utuh ke dalam struktur kognitif yang ada. Pengarsipan menciptakan pola baru berdasarkan pengetahuan yang baru diperoleh. Kedua proses ini membuat anak terus berusaha mencapai keseimbangan (Ade,2017).

Anak-anak usia 7 hingga 11 tahun berada pada tahap aktivitas tertentu ketika mereka mulai mengeksprolasi mental, seperti penalaran untuk memecahkan masalah kehidupan nyata, dan kegiatan yang lebih masuk akal seperti menemukan sarung tangan yang hilang. Anak-anak pada tahap ini dapat berpikir lebih logis karena mereka tidak lagi mementingkan diri sendiri dan dapat memikirkan banyak aspek yang berbeda dari suatu situasi pada saat yang bersamaan. Pikiran anak masih terbatas pada situasi yang sebenarnya pada saat itu. Menurut Papalia, Olds and Feldman (2007) dalam domain luar angkasa, anak-anak dapat menggunakan peta untuk menemukan objek tersembunyi. Mereka juga dapat memberikan petunjuk bagi orang lain untuk menemukan objek tersebut. Anak-anak juga dapat membagi objek ke dalam kategori seperti bentuk, warna, atau keduanya. Mereka dapat melihat bahwa lapisan bawah (mawar) memiliki lebih sedikit anggota daripada lapisan atas (bunga).

Tugas penalaran berurutan dan menjembatani anak dapat menentukan batang mana yang terpanjang, mana yang terpendek, dan mana yang di tengah (Magdalena, 2020). Menurut Piaget, anak pada tahap ini hanya menggunakan penalaran induktif (generalisasi). Dari pengamatannya terhadap beberapa anggota tubuh seseorang, hewan, tumbuhan, peristiwa, atau benda, anak akan menarik kesimpulan yang akan menggeneralisasikan segala sesuatu.

Kemampuan anak untuk mengawetkan dapat diamati ketika mereka berusia tujuh tahun ketika mereka dapat memahami bahwa tanah liat berbentuk bola untuk membuat sosis selalu merupakan bahan yang sama yaitu tanah liat. Pada usia sembilan tahun, mereka tahu bahwa berat tanah liat tetap konstan. Kemampuan anak dalam belajar matematika juga tercermin dari fakta bahwa anak dapat menghitung dalam kepala dari bilangan terkecil hingga terbesar dan dapat mengerjakan soal-soal matematika sederhana.



Referensi:

Ade, Hendrayani (2017). “Peningkatan Minat Baca dan Kemampuan Membaca Peserta Didik Kelas Rendah Melalui Penggunaan Reading Corner”, Jurnal Penelitian Pendidikan

Fatkhan (2018). “4 Faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca Siswa”, http://www.perpustakaansekolah.com/2018/09/peran-perpustakaan-dalammeningkatkan_26.html?m=1, diakses pada 1 Juni 2023

Magdalena, Elendiana (2020). “Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan dan Konseling Volume 2 Nol 1, Halaman 54-60


DOC, PROMKES, RSMH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengaruh pengharum ruangan bagi kesehatan

Tren Pacaran Remaja, Gaya dan Dinamika Hubungan di Era Digital

TERMINAL LUCIDITY, FENOMENA PASIEN MEMBAIK SEBELUM MENINGGAL