Apa itu CAPD??
Apa itu CAPD??
Narasumber : Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A ( RSMH Palembang)
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan klinis ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara progresif lambat dan bersifat irreversible. Ginjal pasien PGK stadium 5 tidak ada pipis sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal (TPG) untuk bertahan hidup. Modalitas terapi pengganti ginjal adalah hemodialisis (HD), Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal.
Prosedur cuci darah atau juga disebut dialisis adalah prosedur untuk membersihkan darah yang Anda lakukan ketika organ ginjal sudah tidak lagi berfungsi normal. Perawatan dan pengobatan untuk pasien gagal ginjal ini akan membantu tubuh menghilangkan limbah, kelebihan garam dan air, serta mengontrol tekanan darah. CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) adalah prosedur cuci darah tanpa mesin yang bisa Anda lakukan sambil beraktivitas normal.
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) yang merupakan salah satu bentuk dialisis peritonial, bentuk dialisisnya dengan menggunakan membran peritoneum yang bersifat semi permeabel sebagai membran dialisis dan prinsip dasarnya adalah proses ultrafiltrasi antara cairan dialisis yang masuk kedalam rongga peritoneum dengan plasma dalam darah. CAPD dilakukan 3-5 kali per hari, setiap kali cairan dialisis dalam kavum peritoneum (dwell-time) lebih dari 4 jam. Pada umumnya dwell-time pada waktu siang 4-6 jam, sedangkan waktu malam 8 jam.
Prosedur yang juga disebut dialisis peritoneal ini dilakukan melalui operasi pemasangan tabung fleksibel (kateter) ke dalam rongga perut. Kateter akan mengalirkan larutan dialisis ke dalam rongga perut. Larutan dialisis akan mengangkut zat-zat sisa metabolisme dalam aliran darah untuk dikeluarkan dari tubuh. CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) adalah metode cuci darah yang dilakukan lewat perut. Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum) yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.
Terapi pengganti ginjal dibutuhkan untuk pasien PGK stadium 5 agar dapat bertahan hidup. Hemodialisis (HD), Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal merupakan tiga modalitas utama terapi pengganti ginjal.Hemodialisis merupakan salah satu tindakan terapi pengganti ginjal (renal replacement circulation) yang paling sering digunakan bagi penderita penyakit ginjal kronik. Hemodialisis dikenal secara awam oleh masyarakat dengan istilah cuci darah.
Proses CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) dilakukan dengan memasang selang pada rongga perut pengidap gagal ginjal. Biasanya pasien diharuskan untuk menjalani operasi pemasangan kateter terlebih dahulu. Kateter ini nantinya berguna sebagai tempat keluar-masuknya cairan dialisis, yaitu cairan steril untuk menarik zat-zat sisa metabolisme, mineral, elektrolit, dan air dari tubuh.
Kateter yang sudah dipasang akan dibiarkan ada di dalam perut agar pasien bisa melakukan proses dialisis (cuci darah) sendiri. Pasien bahkan bisa melakukan proses dialisis dengan metode CAPD sendiri di rumah. Setiap kali hendak melakukan cuci darah, pasien gagal ginjal harus menghubungkan kantong berisi cairan dialisat baru ke kateter dan menunggu sampai cairan tersebut mengisi rongga perutnya.
Cairan dialisat sendiri merupakan cairan yang memiliki komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal. Cairan dialisat kemudian dibiarkan di dalam rongga perut selama beberapa jam. Ketika darah melewati pembuluh darah di peritoneum, zat-zat sisa dari darah tersebut akan diserap oleh cairan dialisat ini. Cairan dialisat yang sudah tercampur dengan zat-zat sisa akan dialirkan keluar melalui perut ke kantong lain yang kosong. Proses ini harus dilakukan oleh pasien sekitar 4 kali per hari. Masing-masing proses pertukaran cairan biasanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Referensi:
Jamila, I. N., & Herlina, S. (2019). Study comparatif kualitas hidup antara pasien hemodialisis. Journal of Islamic Nursing, 4(2), 54–59.
Nusantara, D. T. H., Irawiraman, H., & Devianto, N. (2021). Perbandingan kualitas hidup antara pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi CAPD dengan hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(3), 365–369. https://doi.org/10.25026/jsk.v3i3.299
Ramadhan, M., Chasani, S., & Saktini, F. (2017). Perbandingan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang diterapi dengan continuous ambulatory peritoneal dialysis atau hemodialisis. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(4), 1518–1528.
Sumber foto: https://kpcdi.org/2020/04/18/komplikasi-dan-pencegahan-infeksi-pasien-dengan-terapi-capd/
( DOC PROMKES RSMH)
Komentar
Posting Komentar