Herpes zoster pada anak
Herpes zoster pada anak
Narasumber : Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A ( RSMH Palembang)
Virus Herpes merupakan kelompok DNA virus yang menyebabkan infeksi dan penyakit seumur hidup pada hewan maupun manusia. Nama herpes berasal dari bahasa Yunani, herpein, yang berarti lesi kulit. Nama ini merefleksikan karakteristik dari gejala penyakit yang disebabkannya. Saat ini, terdapat lebih dari 70 tipe herpes virus yang sudah ditemukan, dimana 30 diantaranya susunan DNA nya sudah diketahui sekuennya. Berdasarkan tempat terjadinya infeksi laten, herpes virus dikelompokkan menjadi tiga subfamili, yaitu Alpha herpesvirinae, Beta herpesvirinae, dan Gamma herpesvirinae.
Dari semua herpes virus yang sudah diidentifikasi, 8 tipe diantaranya merupakan virus yang bersifat patogen terhadap manusia, yaitu herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1), herpes simplex virus tipe 2 (HSV-2), varicela-zoster virus (VZV), Epstein barr virus (EBV), Human cytomegalovirus (HCMV), Human herpes virus 6 (HHV-6), Human herpes virus 7 (HHV-7), Kaposi’s sarcoma-associated herpes virus (KSHV).
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-zoster yang bersifat terlokalisir. Herpes zoster merupakan erupsi vesikuler akut yang disebabkan oleh reaktivasi dari virus varisela zoster laten pada ganglia sensoris setelah sebelumnya terpajan dengan infeksi primer varisela. Prevalensi herpes zoster tidak dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin, atau musim. Insiden penyakit ini meningkat sejalan dengan pertambahan usia dan jarang ditemukan pada anak-anak.
Herpes zoster merupakan reaktivasi dari virus varisela zoster laten pada ganglia sensoris setelah terpajan dengan infeksi primer varisela. Berdasarkan acuan pustaka, herpes zoster pada individu imunokompeten terjadi karena reaktivasi virus varisela zoster itu sendiri yang seringkali dipicu oleh demam, stres, terapi radiasi, atau trauma.
Herpes zoster dapat terjadi pada anak yang memiliki riwayat infeksi primer intrauterin, kondisi imunokompromais, dan yang terinfeksi varisela pada tahun pertama kehidupannya. Patogenesis herpes zoster belum sepenuhnya diketahui dengan pasti baik pada anak maupun orang dewasa, tetapi biasanya dihubungkan dengan keadaan imunosupresi, stres emosional, penyinaran, tumor pada spinal, trauma, serta operasi pada daerah spinal dan sinusitis oftalmik.
Herpes zoster pada anak imunokompeten dapat sembuh dengan sendirinya
sehingga penatalaksanaan yang diberikan hanya bersifat suportif, akan tetapi pemberian terapi spesifik dapat dipertimbangkan pada kasus-kasus tertentu. Pasien dengan herpes zoster lebih tidak menular dibandingkan dengan varisela. Virus dapat diisolasi dari vesikel dan pustul pada herpes zoster tanpa komplikasi hingga 7 hari setelah munculnya lesi, dan bisa lebih panjang pada pasien dengan imunokompromais.
Postherpetic neuralgia (PHN) atau nyeri yang terjadi setelah lesi sembuh adalah salah satu komplikasi yang potensial menimbulkan masalah jangka panjang. Nyeri dapat bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun. Komplikasi tersebut terjadi pada 10-50% pasien dengan herpes zoster dan prevalensinya meningkat sebanding dengan peningkatan usia pasien
Pasien dengan supresi imun memiliki risiko 20-100 kali lebih besar dibanding pasien imunokompeten. Keadaan imunosupresi yang berhubungan dengan risiko terjadinya herpes zoster adalah infeksi HIV (Human immunodeficiency virus), pasien yang menjalani transplantasi organ, leukemia, limfoma, radioterapi, kemoterapi, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Faktor lain yang dilaporkan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya herpes zoster adalah jenis kelamin perempuan, adanya trauma fisik pada dermatom yang terkena dan tindakan pembedahan.
Komplikasi pada anak yang paling sering ialah infeksi sekunder dari bakteri, depigmentasi dan pembentukan jaringan parut sedangkan neuralgia paska herpetika (NPH) merupakan komplikasi yang jarang pada anak tetapi sering pada orang tua
Referensi:
Dewi, N. R., & Anggraini, D. I. (2020). Penatalaksanaan holistik penyakit herpes zoster pada pasien remaja laki- laki 15 tahun dengan pendekatan kedokteran keluarga. Medula, 10(3), 461–469.
Irianti, M. I., Fitriana, W., Arifianti, A. E., & Rahmasari, R. (2020). Herpes simplex virus tipe 1: Prevalensi, infeksi dan penemuan obat baru. Jurnal Ilmu Kefarmasian, 13(1), 21–26.
Kinasih, L. A., & Mira, D. I. (2015). Studi retrospektif: Karakteristik pasien herpes zoster. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin, 27(3), 211–217. Retrieved from https://www.e-jurnal.com/2018/03/studi-retrospektif-karakteristik-pasien.html
Pandaleke, T. A., Pandaleke, H. E. J., Susanti, R. I., & Dotulong, J. D. P. (2018). Herpes zoster pada anak. Jurnal Biomedik (Jbm), 10(1), 1–4. https://doi.org/10.35790/jbm.10.1.2018.19005
Sumber foto: Pandaleke, Pandaleke, Susanti, & Dotulong, (2018)
( DOC, PROMKES, RSMH)
Komentar
Posting Komentar