STIMULASI ASPEK KOGNITIF, EMOSI, MORAL, PSIKOSOSIAL DAN PENGALAMAN ANAK DENGAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

 

STIMULASI ASPEK KOGNITIF, EMOSI, MORAL, PSIKOSOSIAL DAN PENGALAMAN ANAK  DENGAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

Narasumber : NS.NYIMAS SRI WAHYUNI, M.KEP, SP.KEP.AN

(RSMH, Palembang)

Terapi kelompok terapeutik pada anak adalah metode pendekatan psikologis kepada anak dengan teman sebayanya yang memiliki masalah yang sama. Kelompok dalam terapi kelompok terapeutik dapat diartikan sebagai individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Dayat, 2019). Kelompok terapeutik lebih berfokus pada hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif (Keliat,2018) sedangkan menurut CMHN (2006) kelompok terapeutik            berfokus pada masalah stres emosional yang dapat diakibatkan munculnya penyakit fisik, krisis perkembangan atau menurunnya penyesuaian sosial.

 

Terapi kelompok terapeutik memiliki sesi tahapan lanjutan (tahapan pertama telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya)yaitu:

Sesi Ketiga : Stimulasi Aspek Kognitif Dan Bahasa

Terapis mengajarkan stimulasi perkembangan aspek kognitif dan bahasa kepada anak secara langsung. Untuk aspek kognitif anak diajarkan bagaimana cara agar bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan, lebih efisien dalam membangun strategi dan pengkodean, anak memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai dari berbagai sudut pandang meningkat, kemampuan dalam berhitung semakin meningkat dari berhitung menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi dan memecahkan masalah yang sederhana, sedangkan untuk bahasa anak usia sekolah anak diajarkan untuk memahami cerita yang dibaca, menanyakan soal sebab akibat, menyatakan perasaannya, memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya, berfikir (mengutarakan pendapat dan gagasannya), mengembangkan kepribadiannya dan menyatakan sikap dan kepribadiannya.


Sesi Keempat : Stimulasi Aspek Emosi Dan Kepribadian

Pada Aspek emosi, terapis melakukan stimulasi dengan mengajarkan anak usia sekolah agar mampu mengenal dan merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab perasaan yang timbul, mampu mengungkapkan perasaan marah, mampu mengendalikan perasaan perilaku agresif yang

merugikan diri sendiri dan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengatasi stres, memiliki perasaan positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki rasa tanggung jawab, mampu menerima pendapat orang lain, dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain, memiliki sikap bersahabat, bersikap demokratis bergaul dengan orang lain, sedangkan aspek kepribadian terapis mengajarkan anak bagaimana membedakan gender, mampu menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis, mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab, realistis dalam mencapai tujuan.

Sesi Kelima : Stimulasi Aspek Moral Dan Spiritual

Pada aspek moral kegiatan terapis dalam merangsang aspek tersebut dengan mengajarkan anak memahami hal benar atau salah, baik atau buruk, mengajarkan anak mengikuti peraturan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya, sedangkan untuk aspek perkembangan spiritual, kegiatan yang dilakukan adalah mengajarkan anak tidak hanya kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spiritual seperti: bagaimana cara hormat kepada orang tua atau orang yang lebih tua, guru dan teman, memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, memelihara kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan bersikap bertanggung jawab.

Sesi Keenam : Stimulasi Aspek Psikososial

Kegiatan terapis dalam sesi ini adalah melakukan stimulasi perkembangan aspek psikososial anak usia sekolah dengan melakukan

permainan dalam bentuk kelompok, permainan mengerjakan tugas kelompok bersama, mengajarkan permainan tolong menolong dan gotong royong, permainan bercerita dengan teman akrab dan bagaimana bertanggung jawab dalam tugas kelompok.

Sesi Ketujuh : Sharing Pengalaman

Kegiatan yang dilakukan adalah anak berbagi pengalaman antar anggota mengenai stimulasi perkembangan yang telah dilakukan dan terapis menanyakan cara stimulasi yang telah diajarkan dan apa manfaatnya bagi anak.

 

Referensi:

CMHN. (2006). Modul Basic Course Community Mental Health Nursing. Jakarta: WHO.FIK UI

Dayat, Trihadi. (2019). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik terhadap Kemampuan Keluarga dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Dini Usia KanakKanak di Kelurahan Bubulak Kota Bogor: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

Damayanti, Rika. (2019). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Terhadap Kemampuan Ibu dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah Di Kelurahan Kedaung Bandar Lampun: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia

Keliat, Budi Anna (2018) . Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC

Keliat, Riasmini, M., & Daulima, N.H.C (2017). Efektifitas penerapan model community mental health nursing terhadap kemampuan hidup klien dengan gangguan jiwa dan keluarga di wilayah DKI Jakarta, Riset DRPM UI.

Keliat, Akemal, Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2019). Keperawatan kesehatan komunitas Jiwa: CMHN basic couse, Jakarta : EGC.

 

( DOC, PROMKES, RSMH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tren Pacaran Remaja, Gaya dan Dinamika Hubungan di Era Digital

Pengaruh pengharum ruangan bagi kesehatan

KORUPSI DISEKTOR KESEHATAN, TANTANGAN DAN UPAYA PENCEGAHANNYA