Kejang Pada Anak
Kejang Pada Anak
Narasumber : Novita
Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A (RSMH, Palembang)
Kejang merupakan salah satu gangguan neurologik yang
paling sering dijumpai pada masa anak-anak, terutama pada usia 6 bulan sampai 5
tahun. Kejang terjadi apabila demam disebabkan oleh infeksi yang mengenai
jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis media akut dan brokitis.
Selain demam yang tinggi, kejang juga bisa terjadi akibat penyakit radang selaput
otak, tumor, trauma atau benjolan dikepala serta gangguan elektrolit dalam
tubuh. Kejang dianggap sebagai salah satu tanda pertama penyakit tumor otak,
kejang pada 20-45% pasien dengan tumor otak.
Kejang diketahui pada umumnya berupa kejang kelojotan
yaitu dimana seluruh badan bergerak (tangan/kaki), mata mendelik keatas. Kejang
juga bisa terjadi hanya pada sebelah badan saja. Banyak tipe/bentuk dari
kejang, namun satu hal yang perlu kita pahami, bahwa kondisi kejang tidak bisa
dihentikan dan nanti akan berhenti dengan sendirinya atau perlu pengobatan
walaupun bentuknya bermacam-macam.
otak memiliki fungsi mengatur seluruh aktifitas
tubuh, dengan mengeluarkan sinyal listrik yang kemudian ditangkap impulse oleh
tubuh, sehingga tubuh bisa bergerak dan melakukan aktifitas. Apabila terjadi
masalah dengan pengeluaran listrik itu, maka akan terjadi kondisi dimana kita
tidak dapat mengontrol badan kita. Ada kejang yang menyebabkan tubuh anak
bergetar tak terkendali, namun ada juga yang menyebabkannya seperti melamun dan
menatap kosong. Pada kondisi yang serius, kejang bisa menyebabkan hilangnya
kesadaran.
beberapa hal yang bisa memicu terjadinya kejang,
seperti:
1. Demam
Kejang pada anak yang disebabkan oleh demam disebut
dengan kejang demam. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan biasanya terjadi
pada anak berusia di bawah 4 tahun yang mengalami demam tinggi secara
tiba-tiba. Kejang demam biasanya berlangsung selama beberapa menit dan akan
berhenti dengan sendirinya.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis tersering
pada anak berusia 6 bulan-5 tahun. Sekitar sepertiga dari kasus kejang demam
akan mengalami setidaknya sekali kejadian kejang demam berulang. Kejang demam
adalah kejang pada anak usia lebih dari 1 bulan, yang dihubungkan dengan
kenaikan suhu tubuh lebih dari 38ºC yang tidak disebabkan oleh infeksi sistem
saraf pusat (SSP), tanpa adanya riwayat kejang neonatal atau kejang tanpa sebab
sebelumnya, dan tidak memenuhi kriteria kejang simptomatik lainnya. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis tersering pada anak berusia 6 bulan-5
tahun. Sekitar sepertiga dari kasus kejang demam akan mengalami setidaknya
sekali kejadian kejang demam berulang.
Prognosis kejang demam umumnya baik, namun bangkitan
kejang demam dapat membawa kekhawatiran yang sangat besar bagi orang tuanya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kejadian berulangnya kejang demam pada
anak berhubungan dengan riwayat keluarga dengan kejang demam, usia saat kejang
demam pertama, suhu rendah saat kejang demam pertama, jarak antara munculnya
kejang dengan onset demam, atau terdapat kejang demam kompleks.
2. Epilepsi
Kejang yang disebabkan oleh epilepsi umumnya
memiliki pola dan gejala yang sama setiap kejang terjadi. Kejang pada anak
dengan epilepsi biasanya terpicu saat anak kurang tidur, stres, sedang sakit
atau demam, melewati jam makan, makan berlebihan, atau terkena kilatan cahaya
yang terlalu terang.
3. Cedera kepala
Kejang pada anak yang disebabkan oleh cedera kepala
umumnya muncul pada minggu pertama setelah cedera kepala terjadi. Namun, kejang
juga bisa muncul setelah lebih dari seminggu dan seterusnya apabila cedera
menyebabkan kerusakan permanen pada otak.
4. Meningitis
Pada kasus yang
serius, kejang pada anak bisa disebabkan oleh meningitis atau peradangan pada
selaput otak. Meningitis pada anak tidak hanya ditandai dengan gejala kejang,
tapi juga dengan gejala lain, seperti demam, rewel, sakit kepala, hingga ruam
kulit.
Referensi:
Batra, P., Gupta, S., Gomber, S., & Saha, A. (2011). Predictors
of Meningitis in Children Presenting With First Febrile Seizures, 35–39.
https://doi.org/10.1016/j.pediatrneurol.2010.07.005
Hardika, M. S. P., & Mahailni, D. S. (2019).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang demam berulang pada anak
di RSUP Sanglah Denpasar. EJournal Stikes Nani Hasnuddin, 8(4),
1–9.
Jang, H. N., Yoon, H. S., & Lee, E. H. (2019).
Prospective case control study of iron deficiency and the risk of febrile
seizures in children in South Korea. BMC Pediatrics, 19(1), 1–8.
https://doi.org/10.1186/s12887-019-1675-4
Nazarov A.I. (2022). Consequences of seizures and epilepsy in
children. WEeb of Scienntist: International Scientific Research Journal,
3(2), 483–489.
Resti, H. E., Indriati, G., & Arneliwati, A. (2020).
Gambaran Penanganan Pertama Kejang Demam Yang Dilakukan Ibu Pada Balita. Jurnal
Ners Indonesia, 10(2), 238.
https://doi.org/10.31258/jni.10.2.238-248
Sartori, S., Nosadini, M., Tessarin, G., Boniver, C., Frigo,
A. C., Toldo, I., … Da Dalt, L. (2019). First-ever convulsive seizures in
children presenting to the emergency department: risk factors for seizure
recurrence and diagnosis of epilepsy. Developmental Medicine and Child
Neurology, 61(1), 82–90. https://doi.org/10.1111/dmcn.14015
sumber :Image courtesy of: ADAM, Inc. (http://sundaytimes.lk/090621/MediScene/mediscene_5.html)
(DOC, PROMKES,RSMH)
Komentar
Posting Komentar