Konsep Bermain pada Anak dengan Hospitalisasi
Konsep Bermain pada Anak dengan Hospitalisasi
Narasumber: Lili Safitri, S.Kep., Ners ( RSMH Palembang)
Berbagai
dampak negatif saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit dapat terjadi, antara
lain: anak akan kehilangan kontrol, rewel, menangis, tidak kooperatif dan
bahkan dapat terjadi kemunduran tahap perkembangan (regresi). Dampak
negatif ini dapat diminimalkan atau bahkan dapat dicegah melalui upaya
mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan aktifitas bermain
(Supartini, 2004).
Wong
(dalam Mansur, 2019) menyebutkan bahwa bermain di rumah sakit memberikan banyak
manfaat pada anak, diantaranya:
1.
Dapat menjadi teknik pengalihan perhatian
2.
Membantu anak untuk lebih santai
3.
Membantu anak merasa lebih nyaman berada
dilingkungan rumah sakit
4.
Membantu anak meminimalisir tingkat stress dan
perasan rindu rumah
5.
Membantu melakukan aktifitas sosialisasi
6.
Membantu anak dalam mengekspresikan ide dan
minatnya
7.
Mencapai tujuan terapeutik
8.
Memberikan kesempatan pada anak untuk menentukan
pilihannya
Supartini (dalam
Mansur, 2019) menyebutkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan aktivitas bermain pada anak diantaranya harus memperhatikan
prinsip-prinsip berikut:
1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan
yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus
tirah baring, maka harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat
tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain
khusus yang ada di ruang rawat. Misalnya, sambil tiduran di tempat tidurnya
anak dapat dibacakan buku cerita atau
diberi buku komik anak-anak, mobil-mobilan yang tidak menggunakan remote
control, robot-robotan,
dan permainan lain yang dapat dimainkan anak sambil tiduran.
2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi,
singkat, dan sederhana. Pilihlah jenis permainan yang tidak
melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang
tersedia di ruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat permainan, pilih yang
sederhana agar tidak melelahkan anak. Misalnya, menggambar atau mewarnai,
bermain boneka, dan membaca buku cerita.
3. Permainan yang harus mempertimbangkan keamanan anak.
Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak
untuk berlari-lari, dan bergerak secara berlebihan.
4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.
Apabila permainan dilakukan khusus di kamar bermain secara berkelompok,
permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan
mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
5. Melibatkan orang tua, satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada anak walaupun sedang dirawat di rumah sakit, termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai mengevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
Perawat memegang
peranan penting dalam memfasilitasi anak dalam melakukan aktivitas bermain.
Modifikasi tindakan keperawatan juga bisa dimasukkan dalam aktivitas bermain
pada anak. Sebagai contoh:
1. Meningkatkan
intake cairan
·
Gunakan cangkir bergambar kecil yang
lucu
·
Minta anak mengisi spuit dengan
minuman/susu dan semprotkan kedalam mulut
·
Buat catatan pada lembar aktivitas anak,
berikan pujian bila anak mau minum dalam jumlah yang ditentukan
2. Latihan
nafas dalam
·
Bermain meniup bola kapas, terompet
mainan, balon
3. Latihan
otot dan rentang gerak
·
Lempar dan tangkap bola
·
Memainkan gerakan tiruan seperti
pesawat, kupu-kupu
·
Mainkan
gerakan burung atau kupu-kupu
4.
Bermain injeksi
·
Mintalah anak untuk berhitung 1 sampai 10 selama
injeksi
Sumber:
Mansur,
Arif rohman. 2019. Aplikasi Atraumatic
Care. Andalas University Press. Padang
Supartini,
Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak, EGC. Jakarta
👅Doc, PROMKES, RSMH
Komentar
Posting Komentar